Wazanmedia.com – Nabi Muhammad Saw adalah putra yang dilahirkan dalam keadaan yatim. Ayahnya, yakni Abdullah meninggal saat beliau masih dikandungan. Dalam Maulid Barzanji dikatakan bahwa Abdullah wafat di Madinah saat Rasulallah berusia dua bulan di kandungan ibunya.
Ketika Rasulallah sudah beranjak dewasa, Siti Aminah mengajaknya beserta Ummu Aiman untuk berziarah mengunjungi makam Abdullah dan keluarganya dari keturunan Bani an-Najjar di Madinah. Dalam perjalanan pulang kembali ke Makkah, tak disangka Siti Aminah jatuh sakit hingga akhirnya wafat dan di makamkan di perkampungan al-Abwa’.
Qasidah Siti Aminah
Sesaat sebelum Siti Aminah meninggal, beliau melihat kepada sang buah hati dan membacakan sebuah Qasidah kepadanya. Bunyi Qasidah tersebut ditulis oleh Jalaluddin as-Suyuti dalam kitab al-Hawi Li al-Fatawi juz 2 hlm 269 sebagai berikut:
بَارَكَ فِيْكَ اللهُ مِنْ غُلَامِ … يَا ابْنَ الَّذِي مِنْ حَوْمَةِ الحِمَامِ
نَجَا بِعَوْنِ الْمَلِكِ الْمِنْعَامِ … فَوُدِى غَدَاةَ الضَّرْبِ بِالسِّهَامِ
بِمِائَةٍ مِنْ إِبِلٍ سَوَامِ … إِنْ صَحَّ مَا أَبْصَرْتُ فِي الْمَنَامِ
فَأَنْتَ مَبْعُوْثٌ إِلَى الْأَنَامِ … مِنْ عِنْدِ ذِي الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
تُبْعَثُ فِي الْحِلِّ وَفِي الْإِحْرَامِ … تُبْعَثُ بِالتَّحْقِيْقِ وَالْإِسْلَامِ
دِيْنِ أَبِيْكَ الْبَرِّ إِبْرَاهَامِ … فَاللهُ أَنْهَاكَ عَنِ الْأَصْنَامِ
Semoga Allah memberkahimu sebagai anak laki-laki … Wahai putra orang yang telah selamat dari kematian
Ia selamat sebab pertolongan Sang Raja yang banyak memberi nikmat … Ia telah ditebus dari pukulan pedang
Dengan seratus unta yang gemuk … Jika benar apa yang kulihat dalam mimpiku itu
Maka engkau adalah seseorang yang diutus kepada seluruh makhluk … Dari yang Maha Agung dan Maha Mulia (Allah)
Engkau diutus tentang halal dan haram. (tafsiran keduan) Engkau diutus di tanah halal dan di tanah haram … Engkau diutus dengan kebenaran dan Islam
Agama nenek moyangmu yang benar, yaitu (Nabi) Ibrahim … Maka Allah melarangmu menyembah berhala-berhala.
Penjelasan
Sekilas makna Qasidah di atas menerangkan bahwa ayahanda Rasulallah Saw, yakni Abdullah merupakan anak laki-laki yang hampir dijadikan kurban oleh ayahnya setelah Nabi Ismail as. Nabi Ismail hampir dijadikan kurban oleh ayahnya Nabi Ibrahim atas perintah Allah, sedangkan Abdullah hampir dijadikan kurban karena nazar sang ayah, Abdul Muthalib.
Diceritakan bahwa Abdul Muthalib bernazar apabila berhasil menggali sumur zam-zam dengan mudah dan memliki sepuluh anak, maka ia akan menyembelih salah satu anaknya untuk dijadikan kurban. Sayangnya, Allah Swt mengaruniainya sepuluh anak sehingga Abdul Muthalib pun harus memaafkan nazarnya dengan memilih salah satu anaknya dengan cara undian.
Proses pengundian berlangsung dan rupanya nama yang muncul adalah nama Abdullah, putra terkecil dari sepuluh bersaudara. Sang ayah akhirnya dengan teguh hati memenuhi nazar tersebut. Namun masyarakat Makkah tidak menyetujui tindakan Abdul Muthalib, mengingat Abdullah adalah sosok pemuda yang dikagumi dan disayangi oleh masyarakat Makkah.
Abdul Muthalib pun mendatangi Khaibar (orang pintar) untuk mencari jalan keluar yang baik atas nazarnya. Akhirnya beliau diberi saran agar mengulangi undiannya dengan ditambah sepuluh ekor unta dalam undian tersebut serta jangan berhanti menambah setiap kali undiannya dengan sepuluh ekor lainnya. Tetapi, tetap saja yang keluar adalah Abdullah hingga sepuluh kali undian barulah yang keluar dari undian nama unta. Bilangan pun genap menjadi100 ekor unta, dan akhirnya Abdul Muthalib menyembelih 100 ekor unta itu sebagai tebusan nazarnya.
Dalam konteks ini ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Rasulallah Saw bersabda: “ Aku adalah putra dua manusia yang nyaris disembelih ”. Dua manusia itu adalah Nabi Ismail yang nyaris tidak menampilkan Nabi Ibrahim dan Abdullah yang nyaris tidak menampilkan Abdul Muthalib.
Wallahu A’lam
Referensi :
Sayyid Zainal Abidin, Maulid al-Barzanji
Jalaluddin as-Suyuti, al-Hawi Li al-Fatwi
Ibnu Atsir, al-Kamil fi at-Tarikh
Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah
Abu Abbas al-Qarafi, ad-Dakhaair
Ibnu Jarir at-Tabari, Tarikh at-Tabari