Arti Ramadhan
Wazanmedia.com- KATA Ramadhan hanya disebut secara eksplisit sekali saja dalam al-Qur’an, yaitu pada surat al-Baqarah ayat 185, “(Beberapa hari yangditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (dinegeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah dia berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu kamu mencukupkan jumlahnya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah ataspetunjuk-Nya yangdiberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur)”.
Kata Ramadhan yang bentuk jamaknya Ramadhanat atau Armidha, adalah bulan kesembilan dari tahun Hijriah. Menurut pengertian bahasa, ramadhan berarti amat panas. Nama ini diberikan oleh orang-orang Arab pada bulan yang kesembilan karena pada bulan tersebut padang pasir sangat panas oleh terik matahari. Hal ini sesuai dengan kebiasaan bangsa Arab zaman dahulu, dengan memindahkan suatu istilah dari bahasa asing ke bahasa mereka yang sesuai dengan keadaan yang terjadi pada masa tersebut. Misalnya, pada bulan kesembilan itu udara sangat panas, maka bulan tersebut mereka namakan Ramadhan.
Kemuliaan Ramadhan
Dalam Islam, bulan Ramadhan mempunyai makna yang istimewa dan kedudukan yang mulia karena dalam bulan ini banyak peristiwa yang sangat penting. Keistimewaan dan kemuliaan tersebut antara lain adalah:
(1). Bulan dimana diturunkan kitab suci Al-Qur’an. serupa firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 185.
(2). Satu-satunya bulan yang namanya disebut (diabadikan) oleh al-Qur’an, yakni dalam surat at-Baqarah ayat 185.
(3) Kemenangan besar yang diperoleh Rasulullah saw bersama kaum muslimin dalam Perang Badr al-Kubra (besar) yang membangkitkan semangat juang umat Islam untuk maju.
(4) Fath Makkah, yakni ditaklukkannya kota Mekah oleh kaum muslimin dan dihancurkannya berhala di sekitar Ka’bah, menurut sebagian besar sejarawan juga terjadi pada bulan Ramadhan.
(5). Adanya lailatul qadar (malam yang agung) yang mempunyai nilai lebih baik dari seribu bulan. Tentang lailatul qadar ini, Allah menjelaskannya dalam surat al-Qadr ayat 1-5, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (AlQur’an) pada malam kemuliaan (lailatul qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.
Kemuliaan Ramadhan
(6). Bulan dimana kaum muslimin diiwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa berpuasa. Melalui firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.
(7) Diangkatnya Nabi Muhammad saw sebagai rasul Allah swt ketika beliau sedang berkhalwat di Gua Hira.
(8). Dilimpahkannya pahala yang sangat tinggi oleh Allah swt terhadap orang yang melakukan ibadah dan amal Saleh Pada bulan ini. Melalui riwayat Ibnu Mas’ud dinyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda. “Andaikata manusia mengetahui kebaikan-kebaikan yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya umatku akan berharap bahwa Ramadhan akan terjadi sepanjang tahun”. (HR Abu Ya’la)
(9). Dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka (meskipun dalam arti kiasan). Rasulullah saw bersabda : “pada bulan Ramadhan itu pintu-pintu neraka tertutup, pintu-pintu surga terbuka, dan setan-setan dibelenggu. Malaikat berseru ‘Hai pencipta kebaikan bergembiralah. Hai orang yang suka berbuat jahat, berhentilah hingga berakhirnya bulan Ramadhan’”. (HR Ahmad An-Nasa’i)
(10). Menjadi kafarat terhadap dosa-dosa sampai Ramadhan berikutnya sepanjang dosa-dosa yang terjadi antara waktu salat fardu dan dari Jum’at ke Jumat berikutnya. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah, “ Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, Ramadhan ke Ramadhan adalah kafarat di antaranya selama tidak dilakukan dosa-dosa besar”.
(11). Orang yang berpuasa dengan penghayatan yang mendalam di bulan Ramadhan diberikan rahmat atas segala dosanya. Sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashab as-Sunan, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, betul-betul imankarena dan mengharap ridla Tuhan, dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni Allah swt…” (HR Bukhari, Muslim, dan Iain-lain).
Kewajiban Puasa Ramadhan
Berkenaan dengan puasa Ramadhan, sesuai dengan namanya, puasa Ramadhan ini dilakukan setiap hari pada bulan Ramadhan. Sejak hari pertama sampai dengan hari terakhir. Awal bulan Ramadhan dapat diketahui dengan menyempurnakan keseluruhan bulan Sya’ban 30 hari, atau dengan melihat (ru’yah) anak bulan ( hilal) Ramadhan itu sendiri. Melalui riwayat Abu Hurairah, Nabi saw bersabda: “Berpuasalah kamu karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya. Maka jika pandangan kamu dihalang ioleh kabut, sempurn akanlah bilangan Sya’ban tigapuluh hari”. (HR Ibnu Hibban dan Iain-lain).
Hadits di atas jelas menyatakan bahwa orang yang secara langsung melihat bulan wajib melakukan puasa. Mereka yang tidak melihatnya sendiri juga diharuskan berpuasa berdasarkan kesaksian bahwa bulan benar-benar terlihat. Perkiraan seorang munajjim (ahli astronomi) yang mendasarkan penetapan awal bulan pada terbitnya bintang tertentu, tidak dapat dijadikan pedoman dalam menetapkan awal puasa, dan demikian pula hasib yang menetapkan awal bulan berdasarkan perhitungan tentang posisi-posisi bulan dalam lingkarannya. Akan tetapi, Ibnu Rusyd mengatakan bahwa Mutharrif, seorang tabi’in terkemuka, berpendapat bila cuaca mendung, sehingga tidak mungkin melihat hilal, maka perhitungan posisi matahari dan bulan dapat dijadikan pegangan dalam menetapkan awal Ramadhan.
Siapakah yang Wajib Puasa Ramadhan
Kewajiban puasa Ramadhan dibebankan kepada orang yang memenuhi persyaratan tertentu, yaitu Islam, baligh, berakal, suci (dari haid dan nifas), muqim dan mampu melakukannya. Orang kafir tidak diwajibkan melakukan puasa karena mereka tidak sah melakukan ibadah. Orang murtad, juga tidak dituntut untuk berpuasa, tetapi apabila ia masuk Islam kembali, ia wajib mengqadha’ puasa yang tinggal selama masa murtadnya itu. Anak-anak tidak diwajibkan untuk berpuasa, tetapi mereka disuruh melakukannya. Orang gila tidak diwajibkan berpuasa dan tidak pula wajib mengqadha’ setelah sembuh, sebab orang gila tidak termasuk mukallaf. Orang yang hilang akal karena penyakit pitam juga tidak wajib berpuasa, tetapi setelah siuman, ia wajib mengqadha’ puasa yang tertinggal (terlewatkan) selama sakitnya.
Adapun Orang yang sama sekali tidak mampu berpuasa karena terlalu tua atau karena penyakit yang tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya, juga tidak diwajibkan berpuasa karena hal itu merupakan kesuktan bagi mereka, sebagaimana hal itu diisyaratkan oleh surat al-Hajj ayat 78. Mereka mi juga tidak diwajibkan mengqadha’ tetapi harus membayar fidyah. Sementara orang hamil atau menyusui, jika ia khawatir bahwa puasa akan membahayakan dirinya, mereka boleh berbuka, tetapi wajib mengqadha’ puasanya dan tidak wajib membayar fidyah. Bila ia khawatir akan anaknya, maka mereka boleh berbuka dan wajib mengqadha’ dan wajib pula membayar kaffarah memberi makan satu lumpur untuk setiap harinya. (QS al-Baqarah ayat 184).
Nama Lain Ramadhan
Sebagai bulan suci yang mulia dan agung, dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain, bulan Ramadhan diberi nama sebagai berikut:
(1) . Syahr Allah (bulan Allah) karena Allah swt memberikan pahala yang besar bagi orang yang melakukan kebaikan di dalamnya. Ibadah puasa langsung diberi pahala oleh Allah swt sendiri. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi saw dari Abu Hurairah yang berbunyi, “Allah swt telah berfirman,’ Tiap-tiap amal anak Adam untuknya sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa itu adalah perisai, oleh karena itu apabila seseorang sedang berpuasa janganlahh mengucapkan kata-kata kotor dan keji yang membangkitkan syahwat. Apabila ia dimaki atau ditantang oleh seseorang hendaklah ia berkata, ‘saya sedang berpuasa’ ”. Bukhori)
(2 ). Syahr ala-i, yaitu bulan yang penuh kenikmatan dan limpahan rahmat dari Allah, karena pada bulan ini Allah swt memberikan kenikmatan dan karunia yang berlipat ganda.
(3). Syahr al-Qur’an (bulan diturunkan al-Qur’an), sebagaimana firman Allah, “ (Beberapa hari yangditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)… (QS al-Baqarah ayat185).
(4). Syahr an-Najah (bulan pelepasan diri dari siksa neraka). Dalam salah satu khutbahnya, Rasulullah pernah bersabda, “…. bulan Ramadhan adalah bulan yang awalnya dalah rahmah, pertengahannya adalah magfirah (ampunan) dan akhirnya adalah kebebasan dari api neraka”. (HR Ibnu Khuzaimah).
Nama Lain Ramdhan
(5). Syahr al-Jud (bulan kedermawanan), karena pada bulan ini disarankan agar lebih banyak memberikan bantuan kepada orang lain, terutama fakir miskin.
(6). Syahr al-Muwasah (bulan keluasan), yaitu bulan dimana Allah memberikan pertolongan kepada orang yang berhajat, karena pada bulan ini Allah akan menambahkan rizki orang-orang mukmin. .
(7). Syahr at-Tilawah (bulan membaca al-Qur’an), karena pada bulan ini al-Qur’an akan banyak dibaca oleh orang Islam melalui tadarrus, baik yang dilakukan secara individu maupun berjama’ah.
(8). Syahr as-Sabri (bulan latihan bersabar atas penderitaan dengan rela hati), karena pada bulan ini kaum muslimin dilatih untuk bersabar, menahan nafsu, dan mengendalikan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa
(9). Syahr ar-Rahmah (bulan tempat Allah swt melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya). Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullahbersabda, “ Ketika bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutuplahpintu-pintu nerakajahannam, dan dibeleggulahpara setan”. (HR Muslim).
(10). Syahr as-Shiyam (bulan puasa). Karena pada bulan ini setiap muslim wajib melaksanakan ibadah puasa, kecuali orang-orang tertentu yang boleh tidak melakukannya karena adanya udzur syar’i.
(11) Syahr al-‘Id (bulan hari raya). Karena setalah berakhirnya bulan Ramadhan, kaum muslimin di seluruh penjuru dunia dengan suka cita merayakan hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri.
KEPUASAN:
(1). Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, 1975.
(2). CD al-Qur’an al-Karim, Keluaran Kelima 6.50. Hak Cipta Milik Perusahaan Perangkat Lunak “Sakhr” (1997).
(3). Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, EnsiklopediIslam 4, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.
(4). Ahmad bin Ali bin al-Matsna Abu Ya’la al-Maushily at-Tamimy, MusnadAbi Yah, Juz IX, Cet. Saya, Damaskus: Dar al-Makmun li at-Turats, 1984.
(5). Muslim bin al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairy, an-Nisabury, Shahih Muslim, Juz I, Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-Araby, tt
(6). Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhary, Shahih al-Bukhary, Juz II, Cet. Sakit, Beirut: Dar Ibnu Katsir-al-Yamamah, 1987.
(7). Muhammad bin Hibban bin Ahmad Abu Hatim at-Tamimiy, Shahih IbnuHibban, JuzVIII,Cet. II, Beirut: Mu’assasahar-Risalah, 1993.
(8). Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-Qurthuby, Abu Abdillah, Tafsir al-Qurthuby, Juz IV, cet. II, Kairo : Dar asy-Sya’b, 1372 H.
(9). Muhammad bin Ishaq bin Huzaimah Abu Bakar as-Sulamy an-Nisabury, Shahih Ibnu Khuzaimah, Juz III, Beirut: al-Maktab al-Islamy, 1970.