Sudah mafhum bahwa meskipun hidup di era di mana kita memiliki banyak informasi, ironisnya, opini publik dan kebijakan politik seringkali dipengaruhi oleh fakta-fakta yang objektif. Sebuah fenomena yang dikenal sebagai post-truth mengancam kemampuan masyarakat untuk membedakan fakta.
Di sinilah pentingnya hidup berilmu dan juga menghormati orang alim agar kita tidak jatuh pada lobang kesesatan. Dan khutbah yang bertema “Pentingnya Berilmu dan Menghormati Orang Alim” sangat relevan di era post-truth sekarang ini.
Khutbah Pertama
أَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِّعْمَةَ، وَجَعَلَ أُمَّتَنَا وَلِلّٰهِ الحَمْدُ خَيْرَ أُمَّةٍ، وَبَعَثَ فِيْنَا رَسُوْلًا مِّنَّا يَتْلُوْ عَلَيْنَا أٰيَاتِهِ وَيُزَكِّيْنَا وَيُعَلِّمُنَا الكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ، أَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ الْجَمَّةِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تَكُوْنُ لِمَنِ اعْتَصَمَ بِهَا خَيْرَ عِصْمَةٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ لِلْعَالَمِيْنَ رَحْمَةً، وَفَرَضَ عَلَيْهِ بَيَانَ مَا أَنْزَلَ إِلَيْنَا فَأَوْضَحَ لَنَا كُلَّ الْأُمُوْرِ الْمُهِمَّةِ، فَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَحَ الْأُمَّةَ،
صَلَّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ وَالْهِمَّةِ. أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْعَظِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
Jamaah Khutbah Jum’at yang dirahmati Allah Swt
Pada kesempatan yang sangat mulia dan penuh berkah ini mari berusaha untuk senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Swt. Berusaha secara ikhlas menunaikan perintah-perintah Allah Swt. serta meninggalkan semua hal yang dilarang oleh Allah Swt. Sebab, bertakwa kepada Allah Swt. adalah bekal dan modal kita untuk meraih kebahagiaan, keselamatan dan kedamaian dalam hidup di dunia dan akhirat nanti.
Jamaah Khutbah Jum’at yang dirahmati Allah Swt
Sekarang ini kita hidup di dalam era yang disebut dengan post–truth. Adalah suatu era di mana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran. Dengan kata lain, era di mana walaupun manusia sudah terkoneksi dengan berbagai macam produk teknologi, dan menggunakan teknologi sebagai bagian dari cara mereka mendapatkan informasi, tetapi manusia tidak semakin arif dan bijaksana dalam berbagai kehidupannya. Bahkan, menurut beberapa penelitan, manusia dengan teknologi tidak semakin menjadi cerdas.
Manusia bisa mengakses informasi dari berbagai sumber di internet bukan untuk mencari kebenaran, melainkan mencari pembenaran dari apa yang selama ini menjadi kehendak, bahkan mungkin nafsu mereka. Lebih dari itu, sikap masyarakat yang semakin tidak menghormati orang-orang yang alim dan lembaga-lembaga yang ada orang alim di dalamnya.
Realitas ini sebenarnya sudah diprediksi jauh oleh Rasulullah Muhammad Saw. yang dalam beberapa kitab hadits prediksi Rasulullah itu dikelompokkan dalam ciri-ciri atau tanda-tanda bahwa kiamat sudah dekat.
Diantara hadits yang menjelaskannya adalah riwayat dari Abdullah bin Umar bin Ash ra. ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
إنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan men-jadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.” (Riwayat Al-Bukhari).
An-Nawawi ra. mengatakan hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu dalam hadits-hadits terdahulu yang mutlak bukan menghapusnya dari hati para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah pembawanya meninggal, dan manusia menjadikan orang bodoh sebagai pemutus hukum yang memberikan hukuman dengan kebodohan mereka, sehingga mereka sesat dan menyesatkan.
Di dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra., Rasulullah Saw. bersabda:
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ، وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ، وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا
Artinya: “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat yaitu diangkatnya ilmu dan kebodohan nampak jelas, dan banyak yang minum khamr dan banyak orang berzina secara terang-terangan.” (HR. Bukhari Muslim).
Jamaah Khutbah Jumat yang dirahmati Allah Swt
Dua hadits itu setidaknya memberikan peringatakan sekaligus tugas kepada kita, bagaimana dalam masa sekarang ini lebih aktif untuk menghidupkan majelis-majelis ilmu dan melakukan berbagai macam gerakan-tindakan untuk bisa mengembangkan ilmu dan menghormati orang-orang berilmu.
Ada banyak persoalan dalam masyarakat kita di mana keilmuan tidak lagi menjadi bagian dari hal yang bisa menuntun mereka kepada kebenaran. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah Swt. jangan pernah untuk berhenti menuntut, mengembangkan dan menghidupakan majelis ilmu serta menghormati orang-orang yang berilmu.
Ada gejala di mana masyarakat tidak lagi menghormati ulama dan tidak meminta fatwa dalam berbagai macam aspek kehidupan kepada para ulama, bahkan ada upaya sistematis untuk mendelegitimasi ulama dan lembaga di mana berhimpun para ulama.
Tentunya, fenomena ini tidak bisa kita pandang sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Sebab, dalam konteks kehidupan, keummatan, keislaman dan kebangsaan jika gerakan itu terus-menerus terjadi, maka akan terjadi pula delegitimasi terhadap para ulama dan lembaga-lembaga di dalamnya. Akibatnya, agama akan semakin menjauh dari kehidupan manusia.
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ
Artinya: (Demikian pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fatir [35]: 28).
Jamaah Khutbah Jum’at yang dirahmati Allah Swt
Di dalam tafsirnya Al-Maraghi menjelaskan bahwa yang dimaksud ulama adalah orang-orang yang mengetauhi dan memiliki ilmu tentang kebesaran dan kekuasaan Allah Swt., serta apa yang dikehendaki oleh Allah Swt.
Ulama itu mengetauhi hukum-hukum Allah Swt. dan ia menyadari sepenuhnya bahwa, siapa yang mengikuti Allah Swt., maka mereka akan mendapatkan rahmat dari-Nya. Dan barang siapa yang bermaksiat kepada-Nya, maka mereka akan mendapatkan siksa dari-Nya.
Karena itulah, mereka yang berilmu adalah orang-orang yang senantiasa ber-taqarrub dan beribadah kepada Allah Swt. dengan cara mengikuti perintah-perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Akhirnya, semoga Allah Swt. senantiasa selalu memberikan rahmat, taufiq dan inayah-Nya, sehingga kita menjadi hamba-Nya yang selalu taat dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya. Pun juga menjadi hamba-Nya yang berilmu dan alim. Sebab, dengan ilmu kita bisa berada pada jalan yang benar dan lurus, serta dijauhkan dari jalan yang sesat.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
