Wakil Ra’is Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ (PBNU) KH Afifuddin Muhajir pada acara Konferensi Internasional Humanitarian Islam yang diselenggarakan pada Selasa, 05 November 2024 di Grand Hyatt Jakarta Pusat menjelaskan beberapa dalil tentang Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam berkali-kali menegaskan penghargaan Islam terhadap martabat kemanusiaan. Di antaranya sebagai berikut:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Wa laqad karramnā banī ādama wa ḥamalnāhum fil-barri wal-baḥri wa razaqnāhum minaṭ-ṭayyibāti wa faḍḍalnāhum ‘alā kaṡīrim mim man khalaqnā tafḍīlā.
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
Wa ‘allama ādamal-asmā`a kullahā ṡumma ‘araḍahum ‘alal-malā`ikati fa qāla ambi`ụnī bi`asmā`i hā`ulā`i ing kuntum ṣādiqīn
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!”
عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
‘allamal-insāna mā lam ya’lam
“Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ عَلَّمَهُ ٱلْبَيَانَ
Khalaqal-insān, ‘allamahul-bayān
“Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”
Dengan menghubungkan ayat-ayat tersebut, dapat diambil pemahaman bawah penghormatan Allah terhadap manusia dengan bekal kecerdasan. Allah mengajarkan manusia setiap apa yang belum diketahui. Dia tidak hanya menciptakan manusia akan tetapi mengajarinya bagaimana cara mengungkapkan isi hatinya.
Kiai Afif menambahkan, manusia, bila mencapai puncak kemanusiaannya akan lebih terhormat dari para malaikat, walaupun al-Qur’an menyatakan bahwa malaikat tidak pernah durhaka sedikitpun terhadap perintah Allah. Sebab, untuk selalu taat kepada Allah, manusia memerlukan perjuangan yang luar biasa menghadapi gangguan hawa nafsu. Sementara Malaikat tak pernah durhaka karena memang tidak punya hawa nafsu.
Islam benar-benar memberi penghargaan yang setinggi-tingginya kepada manusia, baik dalam keadaan hidup maupun dalam keadaan mati.
“Pernah pada suatu ketika ketika, Rasulullah sedang berada di tengah-tengah Sahabat. Tiba-tiba Ada jenazah Yahudi lewat. Seketika Rasulullah berdiri sebagai penghormatan terhadap jenazah tersebut. Beliau lantas ditegur oleh sebagian sahabat. ‘Bukankah itu jenazah seorang Yahudi?’ Rasulullah menjawab, ‘Bukankah itu adalah jiwa/nyawa manusia?’”[1]
======================================================================
[1] Teks Hadisnya sebagai berikut:
عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى أَنَّ قَيْسَ بْنَ سَعْدٍ وَسَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ كَانَا بِالْقَادِسِيَّةِ فَمَرَّتْ بِهِمَا جَنَازَةٌ فَقَامَا فَقِيلَ لَهُمَا إِنَّهَا مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ فَقَالَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتْ بِهِ جَنَازَةٌ فَقَامَ فَقِيلَ إِنَّهُ يَهُودِيٌّ فَقَالَ أَلَيْسَتْ نَفْسًا
“Dari Abdurrahman bin Abi Laila, Qais bin Sa’ad dan Sahal bin Hunaif sedang berada di Qadisiyah. Lalu sebujur jenazah ditandu orang melewati keduanya. Keduanya pun berdiri untuk menghormati. ‘Bukankah jenazah itu adalah (non-Muslim ahludz dzimmah) penghuni dunia?’ tanya orang di sekitarnya. Keduanya menjawab, ‘Satu keranda jenazah digotong orang melewati Rasulullah SAW. Beliau kemudian berdiri. Ketika diberitahu bahwa itu adalah jenazah Yahudi, Rasulullah SAW menjawab, ‘Bukankah ia manusia juga?'” (HR Bukhari dan Muslim).