Wazan Media
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
Wazan Media
No Result
View All Result

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

Salman Akif Faylasuf by Salman Akif Faylasuf
7 April 2025
in Akidah
0
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
0
SHARES
12
VIEWS

Wazanmedia.com — Meskipun ngaji kitab akidah atau ilmu kalam begitu sangat penting (terutama bagi peng-ikhtisar), akan tetapi tidak semua orang menganggapnya penting, hanya beberapa orang saja (maksudnya tak semua orang layak untuk mempelajarinya). Kenapa demikian? Karena mempelajari ilmu akidah atau kalam kata Gus Ulil masuk dalam kategori fardhu kifayah.

Dengan kata lain, ketika ada orang yang mempelajarinya, maka tanggungan (kewajiban) orang yang lain untuk mempelajarinya sudah diangggap cukup. Namun, tidak menutup kemungkinan, semula belajar-mempelajari ilmu akidah atau kalam fardhu kifayah, pada suatu saat akan berubah menjadi menjadi fardhu ain.

Ilmu akidah ini seperti obat untuk mengobati jiwa yang tidak mengetahui kebahagiaan sejati. Karena itu, orang yang tidak mengetahui jalan ini, ia laksana orang sakit dan harus di obati dengan ilmu akidah. Pun, sang dokter ketika mengobati pasiennya, maka harus memperhatikan kondisinya, karena tak selamanya obat (akidah) itu cocok untuk pasien si A, tapi cocok bagi pasien si B.

Syahdan, manusia dalam kaitannya dengan ilmu-ilmu ini, terbagi menjadi empat klasifikasi. Pertama, orang yang percaya kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Hari-harinya disibukkan dengan beribadah sehingga tidak ada waktu mempelajari ilmu kalam.

Orang macam ini tidak perlu di ganggu kesyahduan keberagamaannya karena sudah menikmati iman kokoh (tidak perlu mempelajari argumen yang rasional). Kanjeng Nabi ketika menerima Arab Badui masuk Islam langsung diterima begitu saja, dan tidak bertanya “Kamu beriman melalu apa?”.

Ya begitulah imannya orang awam. Sekalipun mereka awam, kita tak boleh merasa lebih tinggi darinya. Bagaimana pun, kata Gus Ulil, imannya orang awam lebih kokoh dari imannya para sarjana. Sekali lagi orang atau kelompok ini tidak perlu diintervensi. Inilah mukmin yang sesungguhnya (sebagaimana dibela oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Faishal al-Tafriqah di bagian akhir).

Kedua, orang yang tidak layak mempelajari ilmu kalam karena mereka tidak mau beriman (tidak bisa di ajak menalar rasional). Sekiranya diajak berdebat, mereka akan semakin mengingkarinya. Dan, sekalipun pada akhirnya mereka masuk agama Islam sudah pasti karena ada unsur dan keterpaksaan politik.

Di anggap unsur politik, karena di masa pra-modern, agama rakyat mengikuti agama seorang raja (Presiden). Begitu sang raja masuk agama A, maka seluruh rakyatnya juga mengikuti agama A. Inilah salah satu proses orang pindah agama secara massal.

Namun sekarang, pindah agama secara massal nyaris jarang kita temukan lantaran adanya ide “kebebasan beragama”. Dalam hal ini, agama penguasa dan agama rakyat sudah berbeda. Boleh jadi Presiden beragama Islam, sementara rakyatnya justru Kristen dan begitu seterusnya.

Ketiga, orang yang beriman berdasarkan taklid (mengikuti) dan al-sama’ (mendengar). Orang-orang ini umumnya mengikuti agama tertentu karena lahir dari komunitas yang mengikuti agama itu, misalnya Islam. Akan tetapi, karena mereka mempunyai kecerdasan, ketika ada sesuatu yang membuatnya ragu (isykal), spontan ia mengetahui dan sadar (al-tanabbah) akan keraguan itu.

Kata Gus Ulil, orang-orang semacam ini harus ditolong lembut oleh para ulama dengan cara ditunjukkan pada jalan yang benar (bagaimana cara menjawab keraguannya). Demikian juga, orang ini tidak perlu diberi informasi mengenai argumen-argumen canggih dalam ilmu teologi. Iya, tidak perlu.

Keempat, kelompok orang-orang awam “pekok” dan “fanatik” (bodoh merasa pintar). Mereka bersikap seperti itu karena mengikuti tokoh-tokoh tertentu dengan kefanatikannya. Parahnya, tokoh yang mereka ikuti rupanya juga pekok (juhhalu ahli al-haqq), yaitu orang yang mengikuti atau berada pada jalan kebenaran tapi masih bodoh (tidak bisa memberikan penjelasan rasional).

Sepintas kata Gus Ulil, akidahnya orang-orang ini benar. Hanya saja, ketika ditelisik, ada pemahaman-pemahaman yang kurang tepat karena cenderungnya mereka memahami al-Qur’an dan Hadits secara literal (persis seperti orang-orang Hasyawiyah).

Itu sebabnya, kata Gus Ulil, dalam mengajak mereka, dibutuhkan kelemah-lembutan dan menunjukkan kepadanya akan akidah yang benar, bukan dalam konteks debat-mendebatinya apalagi fanatisme. Mengapa? Karena dengan fanatisme mereka akan semakin terdorong pada lobang kesesatan. Pendek kata, mereka akan semakin yakin bahwa huruf-huruf yang diucapkan oleh orang awam itu adalah sesuatu yang tetap dan qadim.

Sebagai penutup, Al-Ghazali dalam syairnya yang dikutip dari Imam Syafi’i berkata:

فمن منح الجهال علما أضاعه # ومن منع المستوجبين فقد ظلم

Artinya: “Membagi pengetahuan kepada mereka yang tak paham adalah kesia-siaan belaka. Tetapi menolak membagikannya kepada yang paham adalah kezaliman.” Wallahu a’lam bisshawab.

 

 

ShareTweetSendShare
Previous Post

Al-Mansur, Pemuda Bani Hasyim, dan Ar-Rabi’ yang Tak Sabar

Next Post

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Kedua Salah Menaruh Harapan

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf

Kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily News Jatim. Penulis juga alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Baca Juga

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (4): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

21 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (3): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

20 April 2025
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (2): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

20 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (1): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

18 April 2025
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil
Akidah

Gus Ulil: Keabsahan Iman Orang Yang Taklid dan Dalil-Dalilnya

12 April 2025
Gus Ulil: Metodologi Kalam Al-Ghazali
Akidah

Gus Ulil: Metodologi Kalam Al-Ghazali

11 April 2025
Iblis: Sebuah Biografi Singkat
Akidah

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Kebangkitan Setelah Mati

17 March 2025
Next Post
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Mukaddimah

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Kedua Salah Menaruh Harapan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

2 July 2024
Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

10 July 2024
Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

11 August 2024
Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

4 August 2024
Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

0
Problem Sakralisasi Kepemimpinan

Problem Sakralisasi Kepemimpinan

0
Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

0
Private: Filsafat di Era Digital: Meretas Jalan Menuju Pemahaman yang Lebih Dalam

Dari Demokrasi Hingga Mengenal Diri Sendiri

0
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Ketiga Terkungkung Zona Futur

Menelisik Makna Shalat yang Bisa Mencegah Kemungkaran?

11 May 2025
Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

30 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Aib Pertama Ilusi Keselamatan   

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Keempat  Hilangnya Kenikmatan Ibadah

21 April 2025
ADVERTISEMENT

Populer Sepekan

  • Kritik Terhadap Kitab Fathul Izar

    Kritik Terhadap Kitab Fathul Izar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menelisik Makna Shalat yang Bisa Mencegah Kemungkaran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fitur Like IG, Bentuk Hati Merah Yang Bikin Resah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing
Alamat Redaksi:

Perumahan D’Harmony View, Jl. Tapaksiring, Plinggan, Antirogo, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, 68125.

Punya pertanyaan yang membutuhkan jawaban dalam perspektif keislaman atau ingin memberikan kritik dan saran? Silakan klik tombol di bawah ini 

KONSULTASI KEISLAMAN

© 2024. All Rights Reserved.

  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.