Wazanmedia.com – Argumen kosmologis mengajukan hubungan sebab akibat. Alam adalah sesuatu yang mungkin ada. Keberadaannya bersifat ‘dijadikan’, sehingga mesti ada sesuatu yang menciptakan. Bahkan jika kita setuju bahwa alam dapat berjalan sendiri berdasarkan prinsip-prinsip evolusi, bukankah seseorang diperlukan untuk memulai prosesnya? Simaklah penjelasan Filsafat Agama yang menyoroti (peran) Tuhan.
Mungkin planet Bumi menghasilkan kehidupan karena posisinya di tata surya, yang pada gilirannya terbentuk karena ledakan kosmik. Tetap saja, sesuatu harus memicu ledakan. Apa yang bisa melakukan itu, selain Tuhan?
Al-Kindi (796-873 M) mengetengahkan argumen bahwa segala yang terjadi di alam ini memiliki hubungan sebab musabab. Sebab memiliki efek terhadap musabab. Segala rentetan sebab musabab di alam ini pada muaranya berakhir di sebab pertama, yaitu Allah.
Argumen serupa juga diikuti oleh al-Farabi (872-950 M). Bahwa alam ini mumkin al-wujud (mungkin ada), dan pasti membutuhkan sesuatu yang mesti ada (wajib al-wujud) dan tak berhajat pada apapun. Dialah Allah. Nalar semacam ini juga dipakai oleh Ibn Sina (980-1037).
Ringkasnya, alam semesta dan seisinya bersifat mungkin. Sesuatu yang mungkin membutuhkan penyebab untuk menentukan kemungkinan yang terjadi. Jika penyebabnya adalah sesuatu yang mungkin juga, maka penyebab tersebut membutuhkan penyebab lain. Mustahil ada sebab akibat yang sirkuler, yang tak terhingga. Pada akhirnya, sesuatu yang mungkin harus disebabkan oleh sesuatu yang tidak membutuhkan sebab. Pastilah ada sesuatu yang tidak membutuhkan sebab dan bersifat wajib. Inilah yang disebut wujud absolut. Wujud absolut inilah yang dimengerti sebagai Tuhan.
Argumen tentang Peran Tuhan pada Alam
Argumen ini bisa saja disangkal demikian: “Bisa saja alam semesta itu tidak bersifat mungkin dengan ada permulannya, melainkan bersifat wajib alias abadi, maka ia pun tak butuh adanya penyebab, apalagi membutuhkan wujud absolut.” Thomas Aquinas (1225-1274 M) berpendapat, bahwa, kalaupun alam ini bersifat abadi, Tuhan masih diperlukan untuk menjelaskan mengapa alam semesta ini bergerak. Penggerak alam tersebut adalah Tuhan.
Bergerak (aktif) dan digerakkan (pasif) adalah dua hal yang berlawanan dan tak mungkin berada dalam satu hal dalam satu waktu. Maka dari itu, alam tidak mungkin menggerakkan dirinya sendiri karena berarti dia berarti berada dalam kondisi absurd (yaitu menggerakkan sekaligus digerakkan). Penggeraknya pasti sesuatu yang abadi dan tetap, dialah Tuhan.