Wazanmedia.com–Kiranya kondisi dekat di layar jauh di hati inilah yang semakin banyak dialami oleh hampir semua keluarga di era digital saat ini. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam pola komunikasi keluarga. Kehadiran smartphone yang awalnya bertujuan untuk mempermudah interaksi, justru kini menjadi faktor yang seringkali menghambat komunikasi langsung antar anggota keluarga. Fenomena ini tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga merambah hingga ke pedesaan, di mana setiap individu lebih sibuk dengan layar gawai daripada berbicara dengan orang di sekitarnya. Kondisi ini mengarah pada berkurangnya kedekatan emosional dalam keluarga, yang jika tidak segera disadari dan diatasi, dapat berdampak negatif pada keharmonisan rumah tangga.
Minimnya komunikasi langsung dalam keluarga telah menjadi tantangan besar di era digital. Percakapan yang dulunya hangat dan penuh makna kini berubah menjadi pesan singkat yang sering kali diabaikan. Anak-anak lebih memilih berkomunikasi dengan teman sebaya melalui aplikasi pesan instan daripada berbagi cerita dengan orang tua. Suami dan istri sibuk dengan pekerjaan masing-masing di dunia maya, sehingga waktu berkualitas dalam keluarga semakin menipis. Ketidakseimbangan ini menunjukkan bahwa kecanggihan teknologi dapat menjadi penghalang dalam membangun hubungan keluarga yang harmonis.
Kurangnya komunikasi dalam keluarga bukan sekadar permasalahan sosial, tetapi juga berdampak pada aspek psikologis. Rasa kesepian, keterasingan, bahkan depresi dapat muncul akibat kurangnya interaksi emosional antar anggota keluarga. Anak-anak yang tumbuh tanpa komunikasi yang cukup dari orang tua cenderung mencari perhatian di luar rumah, baik melalui media sosial maupun pergaulan yang kurang sehat. Hal ini tentu bertentangan dengan tujuan utama keluarga dalam Islam, yaitu membangun sakinah, mawaddah, dan rahmah. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةًۭ وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۭ لِّقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum [30]: 21)
Komunikasi yang hangat dalam keluarga berperan besar dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Tidak hanya sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, komunikasi juga berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai moral, membentuk karakter anak, serta mempererat hubungan emosional antar anggota keluarga. Dengan komunikasi yang baik, orang tua dapat lebih memahami kebutuhan anak-anaknya, sementara anak-anak merasa lebih dihargai dan diperhatikan. Sebaliknya, jika komunikasi tidak terjalin dengan baik, akan muncul ketidakpahaman yang berujung pada konflik dan kesalahpahaman dalam keluarga
Di era digital ini, keluarga harus memiliki strategi dalam menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan komunikasi langsung. Salah satu cara efektif adalah dengan menetapkan waktu khusus tanpa gadget, seperti saat makan bersama atau sebelum tidur. Kebiasaan ini akan membangun suasana yang lebih hangat dan intim, di mana setiap anggota keluarga dapat berbagi cerita dan pengalaman tanpa gangguan teknologi. Selain itu, aktivitas bersama seperti olahraga, perjalanan keluarga, atau sekadar mengobrol di ruang tamu juga dapat menjadi solusi untuk menghidupkan kembali komunikasi dalam keluarga.
Orang tua memiliki peran penting dalam menjadi teladan bagi anak-anak dalam penggunaan teknologi yang bijak. Jika orang tua terlalu sibuk dengan ponsel mereka, maka anak-anak akan meniru kebiasaan tersebut. Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa orang tua bertanggung jawab atas pendidikan dan perkembangan anak-anaknya, termasuk dalam membimbing mereka agar tidak terjebak dalam penggunaan teknologi yang berlebihan. Dengan memberikan contoh yang baik, anak-anak akan lebih mudah memahami pentingnya komunikasi dalam keluarga
Selain itu, komunikasi yang baik dalam keluarga juga dapat mencegah berbagai masalah sosial, seperti kenakalan remaja dan penyalahgunaan teknologi. Anak-anak yang merasa diperhatikan dan didengar oleh orang tua mereka cenderung memiliki kontrol diri yang lebih baik dan lebih mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Sebaliknya, jika komunikasi dalam keluarga terputus, anak-anak akan mencari pelarian di luar rumah, yang sering kali mengarah pada pergaulan yang tidak sehat.
Di sisi lain, penggunaan smartphone yang berlebihan juga dapat berdampak pada hubungan suami istri. Ketika pasangan lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget daripada berbicara satu sama lain, maka hubungan emosional mereka akan semakin renggang. Komunikasi yang buruk sering kali menjadi pemicu konflik rumah tangga, bahkan bisa berujung pada perceraian. Oleh karena itu, menjaga komunikasi yang baik bukan hanya untuk kebaikan anak-anak, tetapi juga untuk mempertahankan keharmonisan rumah tangga secara keseluruhan.
Membangun komunikasi yang efektif dalam keluarga bukanlah sesuatu yang sulit jika dilakukan dengan kesadaran dan komitmen yang kuat. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan menetapkan aturan penggunaan smartphone di rumah. Misalnya, dengan menetapkan batasan waktu penggunaan gadget di malam hari atau menggunakan teknologi dengan tujuan yang positif, seperti menonton video edukatif bersama atau berdiskusi tentang suatu topik yang bermanfaat.
Keharmonisan keluarga sangat bergantung pada kualitas komunikasi yang terjalin di dalamnya. Smartphone memang memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, ia bisa menjadi penghalang dalam membangun hubungan yang sehat. Oleh karena itu, keluarga harus lebih proaktif dalam menjaga komunikasi yang baik dan tidak membiarkan teknologi menggantikan interaksi yang sejati.
Sebagai kesimpulan, komunikasi yang baik dalam keluarga adalah fondasi utama dalam membangun hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang. Kehadiran smartphone tidak seharusnya menjadi penghalang dalam menjaga kebersamaan, melainkan harus dimanfaatkan dengan bijak untuk mempererat hubungan antar anggota keluarga. Dengan menerapkan strategi yang tepat, seperti membatasi penggunaan gadget di waktu tertentu, meningkatkan aktivitas bersama, dan memberikan keteladanan yang baik, keluarga dapat tetap harmonis di tengah era digital yang semakin canggih. Sebab pada akhirnya, tidak ada teknologi yang bisa menggantikan kehangatan sebuah keluarga yang saling mencintai dan menghargai satu sama lain.