Wazan Media
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
Wazan Media
No Result
View All Result

Burnout dan Keimanan Kita

Siti Asrorul Mufidah by Siti Asrorul Mufidah
24 July 2024
in Kemanusiaan, Unek Unik
0
Burnout dan Keimanan Kita
0
SHARES
97
VIEWS

Wazanmedia.com – Semakin dewasa, beberapa kita lupa bagaimana bahagia dengan hal-hal yang sederhana. Padahal, saat masih belia, kita mudah ceria lewat hal-hal ‘kecil’: bermain lumpur, hujan-hujanan, kuliner terjangkau, dan semacamnya. Simaklah artikel burnout dan keimanan kita.

Tambah berumur ternyata menambah syarat-syarat untuk memperoleh kesenangan. Semakin banyak hal-hal yang kebahagiaan kita digantungkan kepadanya: harta melimpah, pasangan ideal, pengikut jutaan, keturunan yang berprestasi, dan hal-hal ‘mewah’ lainnya. Disadari atau tidak, itulah yang membuat kita melalui hari-hari dengan wajah cemberut.

Media sosial menaikkan standar-standar kebahagiaan hidup kita. Di sana banyak orang yang terlihat sukses menunjukkan capaian yang mereka peroleh dan mengajarkan tips-tips meraihnya. Maksud mereka boleh jadi baik, yaitu membantu orang lain yang sedang kesusahan—sebagaimana mereka dulu—supaya naik level. Dengan narasi yang meyakinkan, mereka menyatakan, “Kalau aku bisa, Kamu juga bisa!”

Namun demikian, resonansi konten-konten semacam itu tidak tunggal. Masing-masing individu berbeda menyikapinya.

Kita mungkin bermaksud baik ketika mengajak teman atau saudara yang hidup susah ke restoran mewah, yaitu agar mereka juga merasakan makanan-makanan mewah dan enak. Namun, kita tidak tahu menahu bagaimana keadaan teman atau saudara kita itu sepulang dari restoran; apakah ia akan bersikap biasa saja ataukah menaikkan standar seleranya sehingga makanan yang biasa dimakan terasa hambar?

Begitupun setelah melihat konten-konten bernuansa flexing, boleh jadi beberapa kita menancapkan standar, cita dan ekspektasi yang berbeda dengan sebelumnya: otot harus kekar, tubuh sixpack semlohai, saldo semilyar, kuliner mahal, bisa safari ke luar negeri, dan hal-hal berbau fisik-materialistik lainnya. Tidak ada komandan atau mandor (dorongan eksternal) yang mengharuskan kita mencapai ekspektasi tersebut selain diri kita sendiri (motivasi internal).

Untuk mencapai standar yang sebelumnya tak terpikirkan itu, beberapa kita memacu diri hingga berevolusi menjadi makhluk yang tak tahu bagaimana caranya berhenti. Beberapa kita kerja siang malam tak kenal lelah dengan melakukan pekerjaan secara multitasking.

Ambisi Pencapaian dan Keterbatasan Diri

Masalahnya, terus-menerus melakoni kehidupan semacam itu membuat kita lupa batasan kemampuan diri kita sendiri. Ujungnya, kita mengalami kelelahan yang berakhir depresi. Itu terjadi karena kita telah menjadi tuan yang buruk bagi diri kita sendiri.

Fenomena kelelahan semacam itulah yang dialami oleh masyarakat modern, sebagaimana dijabarkan oleh Byung Chul Han dalam buku The Burnout Society. Masyarakat modern memiliki kebebasan atau peluang tak terbatas untuk menjadi apapun. Tetapi, untuk mencapainya mereka membuat ‘penjara’ bernama produktivitas. Produktivitas tersebut tidak dipacu oleh faktor eksternal, melainkan kemauan internal.

Keinginan untuk produktif mengarahkan kita untuk melakukan dan mengagungkan hal-hal yang positif (aktif). Tidak ada ruang bagi sesuatu yang negatif seperti kelambanan dan kegagalan. Padahal, keduanya bisa menjadi wahana untuk melakukan sesuatu secara teliti-mendalam dan berkontemplasi. Demikianlah, produktivitas memang terus-menerus mengarahkan kita untuk ‘melakukan sesuatu’, bukan ‘menjadi sesuatu’.

***

Dalam perspektif keimanan, fenomena semacam ini bisa bermasalah. Kita kehilangan waktu untuk mensyukuri nikmat-nikmat yang sebelumnya kita peroleh sebelum menaikkan standar-standar hidup. Sebelumnya, kita bisa hidup dengan gaji 5 juta, tetapi setelah menaikkan standar, 20 juta terasa belum cukup. Belum lagi nikmat-nikmat lain yang senantiasa diperoleh, seperti jantung yang masih berdetak, nafas yang masih berhembus, dan sebagainya.

Antara Ambisi dan Kontemplasi

Ambisi untuk mencapai tujuan dari laku produktif membuat kita tak sempat berkontemplasi untuk mensyukuri kehidupan yang telah dan sedang dijalani. Produktivitas, pada taraf tertentu, selain membuat kelelahan, juga membuat seseorang kufur nikmat. Teringat ayat al-Qur’an,

 وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (Qs. Ibrahim: 7)

Yang lebih riskan lagi adalah, ketika kita melupakan keberadaan Tuhan sebagai Dzat yang memberi kebahagiaan, “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,” (Qs. An-Najm: 43). Kita menggantungkan kebahagiaan kepada pencapaian-pencapaian tertentu, padahal sebelumnya kita sudah pernah merasa bahagia walaupun pencapaian-pencapaian tersebut tidak kita tetapkan. Kita tidak lagi menjadi hamba Allah, tetapi budak (ekspektasi-ekspektasi) diri kita sendiri.

Supaya lebih lengkap, ada baiknya tuan-puan mendengarkan penjelasan  di sini dan di sini. Beli bukunya di sini!

ShareTweetSendShare
Previous Post

Filsafat Agama (Bag. 4): Argumen Kosmologis Wujud Tuhan

Next Post

Dari Jihad Konstitusi Ke Ijtihad Penerimaan Konsesi

Siti Asrorul Mufidah

Siti Asrorul Mufidah

Guru Honorer di PP Nurul Islam Jember

Baca Juga

Apakah Fikih Kompatibel dengan Pluralitas Kebudayaan?
Filsafat

Liberalisasi Islam

17 April 2025
Hukum Saya dengan Hukuman Zina Sekalian!
Hikmah

Hukum Saya dengan Hukuman Zina Sekalian!

28 March 2025
Dekat di Layar, Jauh di Hati: Menjaga Komunikasi Keluarga di Era Smartphone
Kemanusiaan

Dekat di Layar, Jauh di Hati: Menjaga Komunikasi Keluarga di Era Smartphone

4 February 2025
Relasi Sains dan Fikih: Kebenaran yang Tak Kekal
Filsafat

Relasi Sains dan Fikih: Kebenaran yang Tak Kekal

29 January 2025
10 Tips Membentuk Keluarga Harmonis Religius Buat Gen-Z
Hikmah

10 Tips Membentuk Keluarga Harmonis Religius Buat Gen-Z

16 January 2025
Kisah Rumi: Cemeti Pangeran dan Hikmah Ilahi
Humor dan Sastra

Kisah Rumi: Cemeti Pangeran dan Hikmah Ilahi

9 January 2025
Fitur Like IG, Bentuk Hati Merah Yang Bikin Resah
Unek Unik

Fitur Like IG, Bentuk Hati Merah Yang Bikin Resah

8 January 2025
Bunga Bank dan Prinsip Ekonomi Syariah
Sosial Budaya

Bunga Bank dan Prinsip Ekonomi Syariah

5 January 2025
Next Post
Dari Jihad Konstitusi Ke Ijtihad Penerimaan Konsesi

Dari Jihad Konstitusi Ke Ijtihad Penerimaan Konsesi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

2 July 2024
Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

10 July 2024
Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

11 August 2024
Dari Jihad Konstitusi Ke Ijtihad Penerimaan Konsesi

Dari Jihad Konstitusi Ke Ijtihad Penerimaan Konsesi

27 July 2024
Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

0
Problem Sakralisasi Kepemimpinan

Problem Sakralisasi Kepemimpinan

0
Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

0
Private: Filsafat di Era Digital: Meretas Jalan Menuju Pemahaman yang Lebih Dalam

Dari Demokrasi Hingga Mengenal Diri Sendiri

0
Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

30 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Aib Pertama Ilusi Keselamatan   

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Keempat  Hilangnya Kenikmatan Ibadah

21 April 2025
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (4): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

21 April 2025
ADVERTISEMENT

Populer Sepekan

  • Membuat dan Memakai Azimat, Apa Kata Fiqh?

    Membuat dan Memakai Azimat, Apa Kata Fiqh?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gus Ulil: Metodologi Kalam Al-Ghazali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Baca Al-Fatihah atau al-Ashr?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing
Alamat Redaksi:

Perumahan D’Harmony View, Jl. Tapaksiring, Plinggan, Antirogo, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, 68125.

Punya pertanyaan yang membutuhkan jawaban dalam perspektif keislaman atau ingin memberikan kritik dan saran? Silakan klik tombol di bawah ini 

KONSULTASI KEISLAMAN

© 2024. All Rights Reserved.

  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.