Di antara nama Allah yang indah (asmaul husna), ada ar-rahman dan ar-rahim yang sering diartikan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dari nama tersebut, muncul pertanyaan, bagaimana mungkin Allah disebut Maha Pengasih dan Penyayang, sedangkan banyak orang tertimpa rasa sakit, kemiskinan, kelaparan, kezaliman, dan kecelakaan? Bukankah Allah mampu menghilangkan segala macam kemalangan?
Perhatikan perumpamaan berikut: lantaran kasihan nanti sakit akibat disuntik, seorang ibu enggan membawa anaknya ke dokter untuk divaksin. Sedangkan sang ayah bersikeras sebaliknya. Mana yang penyayang di antara keduanya?
Dengan melakukan vaksinasi, tentu sang ayah bermaksud supaya anaknya tidak rentan sakit, walaupun tujuan itu harus dilalui dengan rasa sakit juga. Namun demikian, rasa sakit saat disuntik vaksin tidak seberapa dibandingkan sakit yang mungkin terjadi akibat tidak divaksin.
Di dunia ini, tidak ada sesuatu yang sepenuhnya baik dan sepenuhnya buruk. Apa yang dinilai sebagai sakit, buruk, dan negatif sesungguhnya mengandung hal yang baik dan positif; seandainya keburukan itu dihilangkan, maka kebaikan yang dikandungnya akan lenyap jua.
Dalam perumpaan di atas, seandainya vaksinasi tidak dilakukan, maka kebaikan (kebal virus) yang dikandungnya nihil. Maksud utama dokter menyuntik pasien tentu bukan menyakitinya dengan jarum suntik, tetapi kesehatan yang akan diperoleh setelahnya.
Nah, kalaupun Allah menguji hamba-Nya dengan rasa sakit dan kemalangan, maksud utamanya bukanlah menyakiti hamba, melainkan kebaikan yang ada di baliknya. Rasa sakit itu dikehendaki oleh Allah demi terlaksananya kebaikan yang tersimpan dalam kemalangan tersebut.
Akan tetapi, bukankah mungkin bagi Allah mewujudkan kebaikan tanpa harus melalui kemalangan?
Tidak semua yang mungkin diwujudkan oleh Allah itu cocok dan mungkin bagi manusia.
Allah mungkin saja menciptakan dunia hanya berisi oksigen tanpa ada karbon dioksida, atau hanya ada karbon dioksida tanpa ada oksigen. Tetapi, dua kemungkinan tersebut tidak cocok dan mungkin bagi manusia dan makhluk lainnya.
Tak ada karbon dioksida bisa kedinginan ekstrim, tak ada oksigen bisa kepanasan ekstrim. Keberadaan oksigen sekaligus karbon dioksida memungkinkan manusia hidup.
Demikianlah, jika tertimpa jentaka, baiknya jangan buru-buru berprasangka yang tidak-tidak kepada Allah. Sebab, barangkali dalam kesengsaraan yang dialami, ada kebaikan besar yang Dia kehendaki.
Wallahu a’lam bisshawab.