Wazan Media
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
Wazan Media
No Result
View All Result

Al-Quran Sebagai Produk Budaya: Kajian Pemikir Islam Nasr Hamid Abu Zayd

Krisna Wahyu Yanuar by Krisna Wahyu Yanuar
31 October 2024
in Kemanusiaan, Sosial Budaya
0
Tiga Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an
0
SHARES
83
VIEWS

Wazanmedia.com – ISLAM merupakan agama yang inklusif dalam praktik kehidupanya. Segala sesuatu yang datang dari islam mengajarkan pola ajaran humanis dan moralitas di tengah keberagaman dinamika sosial yang terjadi pada islam. Al-Qur’an sebagai kitab suci oleh Nasr Hamid diklaim produk Budaya?

Tantangan Dunia

Sementara tantangan dalam dunia islam kini semakin kompleks, munculnya dunia baru atau dunia ketiga yakni Masyarakat Digital menimbulkan perubahan sosial yang signifikan. Islam, sebagai agama yang inklusif dan mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, harus beradaptasi dengan kehadiran teknologi yang mendominasi berbagai aspek kehidupan. Masyarakat digital menghadirkan cara baru dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan menyebarkan informasi. Hal ini menantang bagaimana ulama dan cendekiawan Muslim menginterpretasikan ajaran Islam dalam konteks dunia digital yang cepat berubah.

Ajaran yang Shahih Li Kulli Makan wa Zaman, merupakan tujuan islam hadir. Kehadiran islam tidak semerta- merta datang dengan ajaran baru, islam hanya menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan juga tidak meninggalkan ajaran- ajaran terdahulu. Problematika sekarang, adalah hadirnya tafsir- tafsir keagamaan yang tekstual dalam dunia digital, yang kaku, terkadang menghilangkan esensi agama itu sendiri. Tentunya membicarakan soal tafsir, tidak lepas dari sumber pedoman agama, jika di Islam ada Al Qur’an dan Hadist. Al-Quran tidak hanya sekedar pedoman hidup, tetapi juga salah satu kitab suci yang diyakini umat Islam sebagai anugerah Tuhan kepada umat Islam. Itulah yang selalu diyakini dan dipegang oleh kalangan Ulama Klasik. Tetapi akhir- akhir ini munculah seorang pemikir yang membenturkan keyakinan tersebut dengan mengatakan “Al- Quran adalah Produk Budaya” ia adalah Nasr Hamid Abu Zayd. Maka kita akan menggali dan memahami apa yang disampaikan beliau.

Biografi Nasr Hamid

Nasr Hamid Abu Zayd (1943-2010) adalah seorang intelektual Muslim Mesir yang keahliannya di bidang bahasa Arab dan Studi Islam, yaitu dalam penelitian hermeneutika. Abu Zaid bertugas sebagai pengajar di Departemen Bahasa Arab, Fakultas Sastra Universitas Kairo. Pemikirannya tentang Al-Quran menuai kontroversi, beberapa di antaranya terdapat dalam kitab Mafhum al-Nass: Dirasah fi ‘Ulum al-Qur’an dan Naqd al-Khitab al-Dini.

Kontroversi tersebut memaksa Abu Zayd dan istrinya merantau ke Belanda. Selama di Belanda, beliau diangkat sebagai seorang Profesor Bahasa Arab dan Studi Islam di Universitas Leiden. Abu Zayd lahir pada 10 Juni 1943 di sebuah desa kecil di Quhafa, dekat Tanta di Mesir. Di usia dini, ia diperkenalkan dengan Al-Quran ketika ia terdaftar di kuttab. Kuttab itu menekankan pada hafalan dan hafalan Al-Quran, serta pada masalah akademis seperti membaca, menulis, dan berhitung. Menurut Abu Zayd & Esther ketika delapan tahun umurnya sudah tamat hafalan Al Quran. Selama masa remajanya, dia terpesona dengan kharisma dan perjuangan Sayyid Qutb.

Abu Zayd kemudian terlibat dalam gerakan al-Ikhwan al-Muslimin di Quhafa. Pada tahun 1954 ketika dia berumur sebelas tahun, Abu Zayd dipenjarakan setelah dituduh melakukan kejahatan tersebut keterlibatannya dalam gerakan al-Ikhwan al-Muslimin. Ideologi al-Ikhwan al-Muslimin telah memberi pengaruh pada Nasr Hamid Abu Zayd semasa mudanya, dalam hal memperjuangkan hak-hak social rakyat dan berjuang melawan ketidakadilan. (Nur Zainatul Nadra Zainol, 2014).

Perjalanan Intelektualnya

Pada tahun 1968, Abu Zayd (2004) melanjutkan studinya di Universitas Kairo dan berhasil meraih gelar Sarjana Bahasa dan Sastra Arab pada tahun 1972. Setelah itu, Abu Zayd mengejar gelar master pada tahun 1972-1977. Abu Zayd dianugerahi beasiswa dari ‘Ford Foundation Fellowship‘ untuk belajar di Institut Timur Tengah di Pennsylvania University, Philadelphia, Amerika Serikat pada tahun 1978-1979. Selama di Amerika, ia berkesempatan melakukan penelitian mengenai Filsafat Barat, mengarah kepada hermeneutika. Abu Zayd mampu membenamkan dirinya dengan berbagai teori tentang tafsir modern dan interpretasi hermeneutik filosofis yang dipelopori oleh Hans-Georg Gadamer.

Berdasarkan buku bibliografi pengarang berjudul Voice of an Exile: Reflections on Islam yang ditulis oleh Abu Zayd & Esther (2004) disebutkan bahwa Abu Zayd merupakan mahasiswa dari banyak tokoh muslim dan Barat terkemuka, seperti Hasan Hanafi, Abed al-Aziz al-Ahlawi yang menjadi pembimbing untuk program M.A dan Ph.D-nya, serta Tom Neff yang menjadi pembimbing untuk program fellowship-nya di Amerika Serikat. (Nur Zainatul Nadra Zainol, 2014)

Pemikiran Al- Quran Adalah Produk Budaya

Sebelum memasuki konstruksi dunia pemikiran Abu Zayd perlu kita ketahui bahwasanya Abu Zayd menjelaskan bahwasanya Teks Keagamaan yang hadir merupakan bentuk bagian teks budaya, yang artinya teks- teks tersebut hadir sama dengan teks- teks yang lain, yang artinya teks tersebut muncul bersama  waktu yang menyejarah menjelaskan kejadian tertentu. Kedua menurut beliau Umat islam harus dibenturkan kepada tradisi dialektika ilmiah, pergeseran dari otoritas keagamaan yang mistis. Sehingga Al- Quran sebagai teks harus dipahami dan diaplikasikan dalam segala kondisi. Ia membebaskan manusia kepada pengekangan terhadap teks itu sendiri. Dalam hal ini Abu Zayd mengajak kita kepada tradisi akademik, yakni pemunculan makna baru dalam sebuah teks.

Sebelum itu yang harus kita pahami adalah kita harus mempersiapkan terlebih dahulu pemahaman kita tentang konsep wahyu, karena gagasan tentang hakikat teks Al-Qur’an tergantung pada pemahaman kita terhadap konsep wahyu itu sendiri. Oleh karena itu, sebelum memulai kajian yang benar dan mengkaji kembali Al-Qur’an, perlu terlebih dahulu membangun pemahaman tentang wahyu. Wahyu secara bahasa adalah menyampaikan suatu makna yang bersifat sekilas, tersembunyi dan khusus, sebagian pandangan menekankan bahwa wahyu adalah suatu jalan (isyarah) dan suatu tanda (imak) dalam dalam tradisi keagamaan. (Mohammad Miqdad Arifin, 2019).

Perbedaan dalam Proses Tanzil Wahyu

Ada perbedaan pendapat ketika beranjak diskusi perihal proses penerimaan wahyu menurut Abu Zayd. Pendapat Imam Ghazali yang pertama, Al-Qur’an muncul dengan bacaan dan makna. Yaitu Jibril menghafal Al-Quran dari Lauhul Mahfudz kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pendapat kedua, melakukan pemisahan antara proses tanzil dan wahyu, tanzil yang diturunkan oleh Allah kepada jibril merupakan proses ilham sedangkan wahyu yang disampaikan oleh jibril merupakan pemindahan bahasa. Artinya Jibril memahami apa yang diturunkan oleh Allah kemudian dia menggunakan bahasaArab sebagai media untuk menyampaikan kepada Nabi Muhammad. Memang benar Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW hanya dengan makna saja. Namun Rasulullah memahami apa yang diturunkan oleh Jibril yang diterjemahkan ke dalam bahasa arab.

Dasar yang digunakan oleh penggagas pendapat ini adalah ayat “Ruh Amin turun kepada Nabi Muhammad dengan al-Qur’an yang di sampaikan pada hatinya”. Kedatangan jibril adalah kedatangan maknawi yang kemudian disampaikan oleh rasulullah menggunakan media bahasa pada saat itu. (Mohammad Miqdad Arifin, 2019)

Artinya Al-Quran sebagai Produk Budaya teks Al-Quran hadir tidak lepas dari kenyataan yang mendukungnya. Tidak hadir dalam ruang kosong, selama dua puluh tahun Al-Qur’an selalu berinteraksi dengan budaya lokal. Inilah yang disebut Abu Zayd sebagai “Fase Keterbukaan”, maka muncullah hubungan antara teks dan budaya lokal.

Teks Al-Quran sendiri merupakan “pencipta budaya”. Dalam artian teks Al-Qur’an menjadi pembentuk wujud kebudayaan tertentu. Abu Zayd mengajarkan kita bagaimana proses pengilmiahan Al-Quran sebagai sumber dan pedoman bertindak, sekian.

Referensi

<span style=”vertical-align: inherit;”>Mohammad Miqdad Arifin, MM (2019). AL-QURAN SEBAGAI PRODUK BUDAYA STUDI ANALISA KRITIS PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAYD. HIKMATINA: Jurnal Ilmiah Hukum , 140.

Nur Zainatul Nadra Zainol, LA (2014). Nasr Hamid Abu Zayd sebagai Pemikir Muslim Modern. Jurnal Internasional Pemikiran Islam , 62.

 

 

ShareTweetSendShare
Previous Post

Berkenalan dengan Usul Fikih

Next Post

Menjaga Batas Aurat di Media Sosial: Tetap Eksis Tanpa Mengorbankan Agama

Krisna Wahyu Yanuar

Krisna Wahyu Yanuar

Penulis Media Online, Mahasiswa S1 UIN Satu Tulungagung, asal Tulungagung.

Baca Juga

Apakah Fikih Kompatibel dengan Pluralitas Kebudayaan?
Filsafat

Liberalisasi Islam

17 April 2025
Hukum Saya dengan Hukuman Zina Sekalian!
Hikmah

Hukum Saya dengan Hukuman Zina Sekalian!

28 March 2025
Dekat di Layar, Jauh di Hati: Menjaga Komunikasi Keluarga di Era Smartphone
Kemanusiaan

Dekat di Layar, Jauh di Hati: Menjaga Komunikasi Keluarga di Era Smartphone

4 February 2025
Relasi Sains dan Fikih: Kebenaran yang Tak Kekal
Filsafat

Relasi Sains dan Fikih: Kebenaran yang Tak Kekal

29 January 2025
10 Tips Membentuk Keluarga Harmonis Religius Buat Gen-Z
Hikmah

10 Tips Membentuk Keluarga Harmonis Religius Buat Gen-Z

16 January 2025
Kisah Rumi: Cemeti Pangeran dan Hikmah Ilahi
Humor dan Sastra

Kisah Rumi: Cemeti Pangeran dan Hikmah Ilahi

9 January 2025
Fitur Like IG, Bentuk Hati Merah Yang Bikin Resah
Unek Unik

Fitur Like IG, Bentuk Hati Merah Yang Bikin Resah

8 January 2025
Bunga Bank dan Prinsip Ekonomi Syariah
Sosial Budaya

Bunga Bank dan Prinsip Ekonomi Syariah

5 January 2025
Next Post
Menjaga Batas Aurat di Media Sosial: Tetap Eksis Tanpa Mengorbankan Agama

Menjaga Batas Aurat di Media Sosial: Tetap Eksis Tanpa Mengorbankan Agama

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

2 July 2024
Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

10 July 2024
Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

11 August 2024
Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

4 August 2024
Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

0
Problem Sakralisasi Kepemimpinan

Problem Sakralisasi Kepemimpinan

0
Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

0
Private: Filsafat di Era Digital: Meretas Jalan Menuju Pemahaman yang Lebih Dalam

Dari Demokrasi Hingga Mengenal Diri Sendiri

0
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Ketiga Terkungkung Zona Futur

Menelisik Makna Shalat yang Bisa Mencegah Kemungkaran?

11 May 2025
Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

30 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Aib Pertama Ilusi Keselamatan   

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Keempat  Hilangnya Kenikmatan Ibadah

21 April 2025
ADVERTISEMENT

Populer Sepekan

  • Kritik Terhadap Kitab Fathul Izar

    Kritik Terhadap Kitab Fathul Izar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Islam dalam Konservasi Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuat dan Memakai Azimat, Apa Kata Fiqh?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Pernikahan Nabi Saw Dengan Istri-Istrinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing
Alamat Redaksi:

Perumahan D’Harmony View, Jl. Tapaksiring, Plinggan, Antirogo, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, 68125.

Punya pertanyaan yang membutuhkan jawaban dalam perspektif keislaman atau ingin memberikan kritik dan saran? Silakan klik tombol di bawah ini 

KONSULTASI KEISLAMAN

© 2024. All Rights Reserved.

  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.