Wazan Media
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
Wazan Media
No Result
View All Result

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (2): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

Salman Akif Faylasuf by Salman Akif Faylasuf
20 April 2025
in Akidah
0
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil
0
SHARES
9
VIEWS

Wazanmedia.com — Pada ngaji sebelumnya (episode 122/hal. 316, edisi Darul Minhaj) dijelaskan bahwa salah satu klaim pandangan teologis keagamaan (akidah) Asy’ariyah mengenai tindakan-tindakan Tuhan adalah, bahwa Tuhan tidak wajib menciptakan makhluk.

Tuhan juga boleh dan tidak menggerakkan proses astronomis yang bernama Big Bang (yang menjelaskan bahwa alam semesta kita berasal dari suatu ledakan besar yang terjadi sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu). Dengan kata lain, semua proses astronomis yang dijelaskan oleh sains modern bergerak karena akibat dan sebab tindakan Tuhan. Sekali lagi ini menurut orang yang beriman.

Hal ini tentu saja berbeda dengan pandangan seorang sainstis yang ateistik. Menurutnya, proses-proses alam sifatnya mekanistik atau deterministik. Artinya, ia mengikuti hukum-hukum tertentu dan tidak bisa berjalan dijalan yang lain, serta tidak juga ada partisipasi atau karya Tuhan di dalamnya.

Kata Gus Ulil, ketika Tuhan memutuskan menciptakan makhluk, maka Tuhan boleh-boleh saja tidak memberikan beban moral atau kewajiban (taklif) kepada makhluknya. Semuanya tidak merupakan sesuatu yang wajib dilakukan oleh Tuhan. Inilah posisi akidah Asy’ariyah sebagai pegangan umat Islam.

Sementara menurut Muktazilah Tuhan wajib berbuat sesuatu yang membawa kemaslahatan kepada makhluknya. Dengan kata lain, Tuhan tidak boleh melakukan kejahatan, kerugian, dan ke-madharat-an kepada makhlukNya, melainkan Tuhan harus melakukan sesuatu al-ashlah. Inilah posisi dasar dari Muktazilah.

Karena Tuhan memberikan taklif (kewajiban) ajaran agama kepada makhlukNya setelah diciptakan, kata Muktazilah, maka Tuhan wajib menurunkan kitab suci melalui Rasul-rasulNya yang berisi ajaran baik dan buruk untuk kebaikannya. Kenapa? Karena hal itulah sesuatu yang membawa maslahat kepada makhlukNya.

Beberapa kalangan intelektual Muslim yang memiliki pandangan rasionalis biasanya sering berpihak kepada Muktazilah. Menurutnya, pandangan Muktazilah lebih masuk akal dan cocok dengan nalar manusia ketimbang Asy’ariyah.

Seperti Mustafa Akyol, intelektual dari Turki yang menulis buku Reopening Muslim Minds yang berarti Membuka Kembali Pikiran Umat Islam. Adalah sebuah buku yang mengurai penyebab kejumudan pemikiran di kalangan umat Islam.

Mustafa mengatakan bahwa posisi Muktazilah lebih tepat daripada Asy’ariyah yang menyarankan bahwa seolah-olah Tuhan bertindak bukan atas dasar hukum moral yang pasti. Seperti, Tuhan boleh melakukan segalanya, dan hal ini menimbulkan ketidakpastian.

Namun demikian, menurut Gus Ulil, pandangan Asy’ariyah lebih tepat. Dalam hal ini, pandangan Asy’ariyah berada di tengah. Asy’ariyah tidak mengingkari bahwa Tuhan berbuat maslahat kepada makhlukNya. Akan tetapi tindakan berbuat maslahat tidak wajib bagi Tuhan.

Dikatakan tidak wajib, kata Gus Ulil, jika Tuhan diwajibkan untuk melakukan sesuatu, lalu siapa yang mewajibkan? Artinya, jika Tuhan diwajibkan melakukan sesuatu, maka berarti ada sesuatu di luar Tuhan yang  mewajibkan Tuhan melakukan sesuatu.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Tuhan tidak independen total dan tunduk pada suatu hukum. Dan secara tidak langsung, Anda mengkategorikan Tuhan pada level makhluk. Pertanyaannya apakah Tuhan bisa tunduk kepada suatu hukum? Jawabannya tidak. Karena Tuhan yang sesungguhnya adalah Dzat yang bertindak secara otonom-total.

Tindakan Tuhan dalam Teologi Asy’ariyah

Syahdan. Lawan debat al-Ghazali berpendapat bahwa Tuhan wajib menciptakan mahluk bukan karena ada manfaat dari penciptaan mahlukNya terhadap Dzat Tuhan. Hanya saja, makhlukNya saja yang menerima manfaat dari penciptaan tersebut.

Namun, hal ini juga dibantah oleh al-Ghazali dengan mengatakan bahwa, walaupun ada manfaat bagi si mahluk yang diciptakan, bukan berarti tindakan Tuhan menciptakan mahluk menjadi wajib bagi Dzat Tuhan itu sendiri.

Walaupun Anda berpendapat bahwa tindakan Tuhan menciptakan mahluk itu karena ada manfaat bagi mahklukNya, hal itu tetap tidak masuk akal. Konteks seperti ini, kata lawan debat al-Ghazali, baru masuk akal jika tindakan Tuhan menciptakan makhluk pada nantinya ditempatkan di surga dan diberikan nikmat tanpa kesedihan.

Adapun makhluk manusia yang diciptakan ini telah berharap-harap pada ketiadaan (hidup di dunia) seperti seseorang yang berkata: “Seandainya aku tidak diciptakan tentu lebih enak karena gak disuruh ibadah dan diancam masuk neraka jika tidak melakukan, atau andai aku tidak diciptakan tentu aku tidak perlu merasakan hidup miskin dan susah.”

Tak hanya itu, kata Gus Ulil, bahkan para anbiya atau orang-orang pintar pun mengeluh karena adanya kewajiban-kewajiban hidup sebagai makhluk. Sebagian para Nabi berharap tidak pernah lahir ke dunia. Sebagian lagi berharap tidak ada kewajiban moral, dan juga sebagian berharap dirinya adalah benda mati saja.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Sayyidina Umar bin Khattab pernah mengangkat tumpukan jerami. Saat mengangkat dirinya berkata: “Seandainya aku seperti jerami ini tentu lebih enak.” Artinya, Umar ingin jadi benda mati saja, karena dengan menjadi benda mati ia tidak memiliki kewajiban.

Dan jika dikembalikan kepada Tuhan tentang adanya pahala, maka taklif ini ada faidah kelak di akhirat, tetapi Tuhan juga bisa memberikan ganjaran tanpa perlu ada beban taklif ini. Lawan al-Ghazali kembali berargumentasi bahwa: “Ya benar bahwa Tuhan bisa memberikan ganjaran tanpa perlu taklif.”

Namun, “Benar bahwa seseorang berhak mendapat ganjaran karena usahanya seseorang tersebut dan bukankah lebih mulia lebih nikmat bagi seseorang itu mendapatkannya karena usaha bukan hanya karena tanpa usaha apa-apa?”

Al-Ghazali menjawab dengan sederhana: “Sesungguhnya seseorang meminta perlindungan kepada Tuhan dari akal yang berujung kepada kesombongan terhadap Tuhan itu sendiri, dan merasa diri telah menyabar-nyabarkan terhadap nikmatnya Tuhan agar bisa menghadapi godaan syaitan yang terkutuk.

Kata Gus Ulil, argumentasi atas hak pahala itu disentil oleh al-Ghazali bahwa itu bentuk kesombongan. Kenapa? Karena seseorang sudah melakukan kewajiban sehingga Tuhan wajib memberikan ganjaran yang setimpal. Seakan-akan ada utang-piutang antara si mahkluk dan Tuhan.

Pertanyaannya adalah bagaimana dengan mereka yang tergolong orang berpandangan seperti itu dalam hal ini berhak atas ganjaran pahala dan Tuhan wajib mengabulkannya? Maka barang siapa merasa berhak abadi selamanya di surga tanpa perlu bersusah payah, maka dirinya adalah orang yang takabbur (sombong).

Ia dianggap takabbur karena dalam pandangan Asy’ariyah, orang yang melakukan kewajiban Tuhan di dunia juga kelak di akhirat tidak serta-merta langsung dimasukkan ke dalam surga. Tidak.

Demikian juga, seseorang yang telah menunaikan kewajiban bukan berarti bisa berhak meminta ganjaran begitu saja kepada Tuhan. Sekali lagi, tidak ada yang bisa mewajibkan Tuhan untuk melakukan ini dan itu.

Kata Gus Ulil, seseorang yang taat melakukan kewajiban terhadap Tuhan, lalu dari mana asal ketaatan tersebut? Tentu bukan dari manusia. Sebab, semuanya bersumber dari Tuhan. Karena semua bersumber dari Tuhan, bukankah meminta ganjaran karena merasa berhak itu adalah sifat takabbur? Jawabannya, ya takabbur.

Bukankah segala kemampuan yang kita miliki sebagai makhluk adalah anugerah Tuhan? Bukankah kita bisa lahir karena diizinkan oleh Tuhan? Karena itu, semua omongan-omongan ini adalah sama sekali tidak berguna. sederhananya, kata al-Ghazali, berdebat dengan mereka tidak ada manfaatnya dan lebih baik berikan doa baik saja untuk mereka-mereka itu.

ShareTweetSendShare
Previous Post

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (1): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

Next Post

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (3): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf

Kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily News Jatim. Penulis juga alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Baca Juga

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (4): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

21 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (3): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

20 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (1): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

18 April 2025
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil
Akidah

Gus Ulil: Keabsahan Iman Orang Yang Taklid dan Dalil-Dalilnya

12 April 2025
Gus Ulil: Metodologi Kalam Al-Ghazali
Akidah

Gus Ulil: Metodologi Kalam Al-Ghazali

11 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

7 April 2025
Iblis: Sebuah Biografi Singkat
Akidah

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Kebangkitan Setelah Mati

17 March 2025
Next Post
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

Gus Ulil Teologi Asy'ariyah (3): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

2 July 2024
Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

10 July 2024
Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

11 August 2024
Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

4 August 2024
Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

0
Problem Sakralisasi Kepemimpinan

Problem Sakralisasi Kepemimpinan

0
Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

0
Private: Filsafat di Era Digital: Meretas Jalan Menuju Pemahaman yang Lebih Dalam

Dari Demokrasi Hingga Mengenal Diri Sendiri

0
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Ketiga Terkungkung Zona Futur

Menelisik Makna Shalat yang Bisa Mencegah Kemungkaran?

11 May 2025
Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

30 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Aib Pertama Ilusi Keselamatan   

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Keempat  Hilangnya Kenikmatan Ibadah

21 April 2025
ADVERTISEMENT

Populer Sepekan

  • Kritik Terhadap Kitab Fathul Izar

    Kritik Terhadap Kitab Fathul Izar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Islam dalam Konservasi Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuat dan Memakai Azimat, Apa Kata Fiqh?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Pernikahan Nabi Saw Dengan Istri-Istrinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing
Alamat Redaksi:

Perumahan D’Harmony View, Jl. Tapaksiring, Plinggan, Antirogo, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, 68125.

Punya pertanyaan yang membutuhkan jawaban dalam perspektif keislaman atau ingin memberikan kritik dan saran? Silakan klik tombol di bawah ini 

KONSULTASI KEISLAMAN

© 2024. All Rights Reserved.

  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.