Wazan Media
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
Wazan Media
No Result
View All Result

Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Kebangkitan Setelah Mati

Salman Akif Faylasuf by Salman Akif Faylasuf
17 March 2025
in Akidah, Keislaman
0
Iblis: Sebuah Biografi Singkat
0
SHARES
22
VIEWS

Wazanmedia.com – Sudah mafhum dalam akidah Islam bahwa ketika manusia mati, maka kelak di hari kiamat tubuhnya akan dibangkitkan lagi. Lalu apa yang dibangkitkan ketika mati? Yang hancur apanya? Apakah barangnya (badannya) atau yang lain? Gus Ulil mengatakan ada dua kemungkinan. Pertama, yang mati dari manusia adalah jauhar dan ard-nya sekaligus, dan kedua hanya ard tanpa jauhar.

Penting dicatat bahwa jauhar adalah barangnya sesuatu. Jadi, sesuatu itu dalam pandangan mutakallimun (teolog Islam) terdiri dari dua unsur: barangnya itu sendiri dan sifat-sifat barangnya. Misalnya, bolpoin. Ya barangnya bolpoin itu sendiri, sementara sifatnya adalah meliputi warna, panjang, pendek dan lain-lainnya.

Masih tentang kebangkitan. Sebetulnya, badannya manusia tidak hancur, karena yang hancur hanya ard-nya saja sehingga ketika dibangkitkan dari kubur maka yang dibangkitkan adalah ard-nya (tubuh manusia dikembalikan ketubuhnya).

Dikatakan tidak hancur karena ia kembali kepada unsur asalnya (bersatu dengan tanah), dan unsur asalnya tidak hancur. Dengan demikian, kelak di hari kiamat yang dibangkitkan adalah ard-nya (sifat-sifat yang dulunya melekat pada bahan asalnya manusia).

Pertanyaannya adalah bagaimana Anda membedakan antara tubuh yang dibangkitkan dengan tubuh yang pertama? Bagaimana mungkin Anda mengatakan bahwa tubuh manusia yang dibangkitkan dari kubur itu sama dengan tubuh yang dulunya ada di dunia, sementara tubuh itu sudah rusak?

Anda tahu! Sesuatu yang ditiadakan (al-makdum) ada dua macam: dari semula ada kemudian menjadi tidak ada, atau sesuatu yang tidak pernah ada dan terus tidak ada. Sementara ketiadaan (al-adam) itu sendiri terbagi menjadi dua: ketiadaan yang akan terus menerus tiada dan ketiadaan yang berakhir menjadi ada.

Jadi, dalam pandangan Al-Ghazali, Tuhan itu di dalam ilmunya Tuhan terhadap segala sesuatu sudah tahu (masuk ke dalam kategori yang mana). Misalnya, sesuatu dari semula ada menjadi tiada, Tuhan tahu dan mengetahui kapan tiadanya.

Pun, kepada sesuatu yang memang tidak pernah ada dan akan terus ada, Tuhan juga tahu dan mengetahui. Lebih dari itu, kata Gus Ulil, Tuhan juga tahu terhadap ketiadaan yang abadi dan ketiadaan yang pada akhirnya berujung pada keadaan (dari tidak ada menjadi ada) Tuhan juga tahu.

Nah, yang disebut bangkit dari kubur adalah masuk dalam kategori al-makdum (ditiadakan) yang kemudian diadakan lagi. Awalnya, sesuatu yang semula ada lalu menjadi tidak ada (karena mati), dan ketika tidak ada lalu menjadi ada. Manusia masuk dalam kategori keempat ini, yaitu manusia awalnya ada lalu menjadi tidak ada, dan dari tidak ada menjadi ada.

Akan tetapi jika kita menjawab pandangan para filosof, maka persis seperti dalam kitab Tahafut Al-Falasifah. Para filosof berpandangan bahwa ketika manusia mati, maka yang mati hanya badannya, sementara jiwanya bertahan (abadi).

Kata Al-Ghazali, gampang saja, jika menurut kalian jiwa itu abadi, maka berarti jiwa yang semula kehilangan tubuhnya, ketika kiamat tubuh dikembalikan dan jiwa itu akhirnya bisa beroperasi lagi mengendalikan tubuh.

Kenapa akidah kebangkitan dari kubur masuk akal? Gus Ulil menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil secara akal. Memang, menurut hukum alam di dunia tidak masuk akal. Akan tetapi, apakah hukum alam di dunia ini satu-satunya hukum? Mungkinkah jika kita berpindah ke alam lain hukum alam di dunia ini masih terpakai dan berlaku?

Sekarang bagaimana dengan siksaan kubur?

Perihal siksaan di dalam kubur telah dijelaskan pada dalil-dalil agama yang pasti. Selain itu, adanya siksaan kubur juga sudah mutawatir dan berita ini sudah disampaikan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat.

Suatu waktu ketika Nabi melewati dua kuburan beliau mengatakan, “Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa seperti yang menimpa terhadap Fir’aun dan keluarganya.” Pada riwayat lain, “Oleh Malaikat para penghuni kubur itu (Fir’aun dan keluarganya) ditunjukkan lokasi neraka yang kelak akan menjadi tempatnya di akhirat.”

Jadi, siksa kubur itu nyata adanya dan karenanya menjadi wajib untuk membenarkan riwayat tentang siksa kubur ini (karena sudah mutawatir). Berbeda dengan kelompok Muktazilah yang menyangkal akan adanya siksaan di dalam kubur.

Itu sebabnya, tak heran jika ia berargumen saat ketika mengunjungi kuburan, “Aku tidak melihat siksa yang diterima mayit. Jadi tidak ada siksa kubur. Mungkin kalau dimakan binatang buas bisa terjadi, akan tetapi disiksa di dalam kubur tidak mungkin.”

Kata Al-Ghazali, wajar saja berargumen begitu, karena mereka tidak melihatnya langsung dengan mata. Argumentasi mereka itu, lanjut Al-Ghazali, tidak kuat karena termsuk dalam kategori hawasun (halu).

Sekali lagi, mereka tidak melihat mayit yang disiksa kubur karena mereka menyandarkan melihat pada melihat jasad yang dikubur. Sedangkan siksa kubur hanya bisa dilihat dengan memahami melihatnya mata batin.

Muktazilah seperti orang yang melihat penampakan orang tidur (tidur nyenyak padahal mimpi seram atau mimpi makan enak), dan tentu saja orang yang melihat orang tidur tidak tahu mimpi yang dialami orang yang sedang tidur.

Namun, jika orang yang tidur tadi sudah bangun dan mengabarkan mimpinya ke orang lain, maka orang yang tadi melihat bisa saja menolak cerita mimpinya. Kenapa demikian? Karena ia tidak melihat sesuatu apapun selama tidurnya orang yang sedang tidur itu.

Adapun binatang buas yang memakan mayit, maka tentang hal ini (apakah kuburnya sudah dianggap pindah ke perut binatang buas) bisa saja tetap menerima siksa kubur (di dalam perut hewan itu), dan bisa saja ruhaninya si mayit tetap merasakan siksa kubur. Wallahu a’lam bisshawab.

 

ShareTweetSendShare
Previous Post

Dekat di Layar, Jauh di Hati: Menjaga Komunikasi Keluarga di Era Smartphone

Next Post

Kitab al-Ghiyātsī Karya Imam Al-Juwaini

Salman Akif Faylasuf

Salman Akif Faylasuf

Kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily News Jatim. Penulis juga alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Baca Juga

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Ketiga Terkungkung Zona Futur
Keislaman

Menelisik Makna Shalat yang Bisa Mencegah Kemungkaran?

11 May 2025
Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan
Keislaman

Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

30 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Aib Pertama Ilusi Keselamatan   
Keislaman

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Keempat  Hilangnya Kenikmatan Ibadah

21 April 2025
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (4): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

21 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (3): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

20 April 2025
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (2): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

20 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan
Akidah

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (1): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

18 April 2025
Next Post
Kitab al-Ghiyātsī Karya Imam Al-Juwaini

Kitab al-Ghiyātsī Karya Imam Al-Juwaini

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

2 July 2024
Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

10 July 2024
Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

11 August 2024
Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

Konsep Keluarga dalam Islam: Landasan dan Nilai-nilai

4 August 2024
Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

0
Problem Sakralisasi Kepemimpinan

Problem Sakralisasi Kepemimpinan

0
Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

0
Private: Filsafat di Era Digital: Meretas Jalan Menuju Pemahaman yang Lebih Dalam

Dari Demokrasi Hingga Mengenal Diri Sendiri

0
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Ketiga Terkungkung Zona Futur

Menelisik Makna Shalat yang Bisa Mencegah Kemungkaran?

11 May 2025
Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

30 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Aib Pertama Ilusi Keselamatan   

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Keempat  Hilangnya Kenikmatan Ibadah

21 April 2025
ADVERTISEMENT

Populer Sepekan

  • Kritik Terhadap Kitab Fathul Izar

    Kritik Terhadap Kitab Fathul Izar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Islam dalam Konservasi Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Filsafat Agama (Bag. 1): Argumen Ontologis Keberadaan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Mukaddimah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing
Alamat Redaksi:

Perumahan D’Harmony View, Jl. Tapaksiring, Plinggan, Antirogo, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, 68125.

Punya pertanyaan yang membutuhkan jawaban dalam perspektif keislaman atau ingin memberikan kritik dan saran? Silakan klik tombol di bawah ini 

KONSULTASI KEISLAMAN

© 2024. All Rights Reserved.

  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.