Wazanmedia.com – SOMBONG merupakan sifat tercela yang muncul dari hati, sehingga tidak terlihat secara fisik. Ia dapat dibuktikan dari tindakan seseorang, di antaranya ialah membanggakan diri di hadapan orang lain, menganggap dirinya paling benar dan lainnya salah. Terkadang sifat sombong muncul ketika seseorang memiliki suatu kelebihan yang tak dimiliki oleh orang lain, atau sama-sama memiliki, namun merasa miliknya lebih dominan dibanding yang lain.
Perilaku sombong sudah terjadi pada umat terdahulu. Seperti dalam Al-Quran menceritakan kesombongan Fir’aun yang merasa lebih hebat dari makhluk-makhluk lainnya, bahkan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Selain itu ada kisah Qorun yang kesombongannya tidak kalah dengan Fir’aun. Pada awalnya Qorun merupakan orang miskin, kemudian ia meminta doa kepada Nabi Musa agar dirinya menjadi orang kaya. Tapi setelah didoakan dan mendapatkan harta melimpah, ia berubah menjadi orang yang sombong dan angkuh, menganggap kekayaannya muncul dari dirinya bukan karunia yang diberikan Allah Swt.
Al-Quran tidak hanya menceritakan kesombongan Fir’aun dan Qorun, melainkan masih banyak kisah-kisah lainnya. Agaknya menarik adalah kisah kesombongan dan keangkuhan iblis, yang enggan melaksanakan perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam. Bahkan banyak ulama mengatakan, makhluk yang pertama kali berperilaku sombong di hadapan Allah adalah iblis, sehingga ia diusir dari surga.
Penolakan Iblis untuk Sujud kepada Nabi Adam
Keengganan iblis melaksanakan perintah Allah untuk sujud kepada Adam as. termaktub dalam surah al-Baqarah ayat 34 yang berbunyi:
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kalian kepada Adam!” maka mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk kelompok yang kafir.
Menurut Wahbah az-Zuhaili dalam kitab Tafsir al-munir bahwa sujud ada dua bagian. Pertama sujud ibadah, yaitu sujud semata-mata untuk penyembahan diri kepada Allah Swt. Kedua sujud penghormatan, seperti sujudnya para malaikat kepada Nabi Adam. Menurut mayoritas ulama sujud penghormatan ini diperbolehkan sampai pada masa Nabi Muhammad saw. Ketika ada sementara sahabat ingin sujud untuk menghormati Nabi saw., beliau melarangnya, seraya berkata “Tidak boleh sujud kepada selain Allah, Tuhan alam semesta.” Semenjak itulah tidak diperbolehkan lagi sujud penghormatan kepada makhluk, kecuali yang terjadi pada masa sebelum Nabi saw. {Tafsir al-Munir, jilid 1}
Nah sementara ulama berpendapat, penolakan iblis bukan dari alasan bahwa sujud pada Adam adalah perbuatan syirik, sebagaimana dugaan sementara orang yang cetek pemahamannya. Melainkan karena Iblis merasa dirinya lebih mulia dari Adam. Iblis berpikir, dirinya diciptakan dari api, sedangkan Adam berasal dari tanah. Menurut iblis unsur api lebih baik daripada unsur tanah, sehingga sangat tidak layak yang lebih baik unsur penciptaannya sujud kepada yang lebih rendah. {Tafsir al-Misbah, jilid 1}
Iblis Diusir oleh Allah dari Surga
Dalam Al-Quran Allah Swt. berfirman:
قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَۗ قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ
Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu sehingga kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” iblis menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. al-A’raf: 12).
Ayat di atas menceritakan dialog antara Allah dan iblis. Sekilas, iblis berargumen bahwa api memiliki karakteristik lebih baik dari tanah. Api selalu berada di atas, mempunyai elemen cahaya, dapat menerangi kegelapan. Sedangkan tanah merupakan elemen gelap, tidak bergerak, dan layu. Sebab demikianlah iblis, yang penciptaannya dari api, enggan sujud kepada Adam as., yang diciptakan dari tanah.
Dari kesombongan iblis yang enggan sujud pada Adam, Allah mengusir ia dari surga. Karena surga merupakan tempat untuk makhluk-makhluk yang ikhlas, memiliki ketulusan hati dalam menjalankan perintah Allah, dan orang-orang yang tawadhu’ atau rendah hati. Bukan tempat makhluk yang memiliki sifat sombong dan angkuh seperti iblis. {Tafsir al-Munir, jilid 4}
Dendam Iblis terhadap Adam dan para Keturunannya
Dalam ayat lain diceritakan:
قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ. ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ.
Ia (iblis) berkata: “Disebabkan Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian, aku pasti akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. al-A’raf: 16-17).
Menurut Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawy dalam kitab Tafsir asy-Sya’rawy, seolah-olah pada ayat di atas iblis menyalahkan Allah. Iblis menganggap bahwa yang menyesatkan ia adalah Tuhannya sendiri. Tapi sebenarnya Allah memberikan pilihan terhadap hamba-hambanya. Gampangnya, yang ingin taat silahkan dan yang ingin bermaksiat juga silahkan, semuanya akan dibalas oleh Allah Swt. Pahala serta kenikmatan surga hanya untuk hamba yang berada di jalan Allah, sementara siksa, kesengsaraan dan neraka pantas diberikan kepada mereka yang membangkang perintah Tuhannya.
Karena menganggap Allah sebagai sebab kesesatannya, maka iblis berjanji akan menggoda Adam dan seluruh keturunannya agar terjerumus kepada kemaksiatan, tidak taat terhadap titah Tuhannya, sehingga mereka sengsara lantaran mendapatkan siksa neraka, sebagaimana Allah menjatuhkan iblis ke dalam dosa. {Tafsir asy-Sya’rawy, jilid 7}
Demikianlah kisah iblis yang memiliki sifat sombong serta angkuh, menganggap dirinya lebih mulia dari makhluk lainnya. Bahkan tidak segan-segan menganggap Allah yang menjerumuskan ia ke dalam kesesatan. Semoga kita selalu diberikan hidayah serta petunjuk jalan yang lurus oleh Allah Swt., sehingga kita tidak seperti iblis yang berbelok arah menuju kesesatan. Amin.