Wazanmedia.com – Pencak silat merupakan seni beladiri yang khas dimiliki Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas dan perguruan serta corak yang berbeda- beda. Silat dahulu hadir juga sebagai bentuk tradisi dan budaya untuk menanamkan pendidikan moral dari setiap orang yang ingin belajar. Silat sebagai suatu metode berdakwah untuk menyeru dalam kebaikan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan warga atau anggota dari pencak silat.
Tetapi yang beredar kalangan dan realitas sosial hari ini adalah silat yang berkembang di masyarakat umum hanya digunakan sebagai ajang kompetisi ego, superioritas, premanisme. Banyak kasus penyerangan atau perkelahian antar perguruan sudah berkembang biak banyak di Indonesia. Selain sebagai seni bela diri padahal Silat merupakan wahana pembelajaran praksis untuk memperdalam seni dan budaya filsafat hingga dakwah keislaman.
Makna dan Nilai-Nilai Silat
Makna filosofis Pencak Silat dibedakan berdasarkan dua komponen katanya. Pertama, Pencak merupakan metode latihan bela diri silat yang terdiri dari gerakan tubuh berbeda yang dikendalikan dan diarahkan pada tujuan. Sedangkan Silat merupakan adaptasi dari pelatihan tempur yang sebenarnya. Oleh karena itu, tidak ada silat tanpa pencak; demikian pula pencak tanpa keterampilan silat tidak ada manfaatnya. (Ediyono, Teguh, 2019)
Tetapi Pencak Silat tidak beralih hanya ajang pertunjukan keterampilan. tapi juga pemahaman dan pemaknaan simbolik setiap gerakan atau jurus yang ada. Terdapat nilai- nilai filosofis yang dijunjung tinggi. Secara historis, Pencak silat merupakan seni beladiri yang bekerja dalam menghadapi berbagai tantangan sesuai dengan kebutuhan pelakunya,terutama tantangan alam, hewan, dan manusia. Hal ini menunjukkan mengapa gerak-gerik pencak silat sering meniru gerak-gerik binatang (macan terbang, ular penyengat, ketek). (Sukowinadi, 1989)
Gerakan tersebut memiliki arti masing- masing sebagai simbolisasi dan penghargaan terhadap alam, hewan, tumbuhan. Tentunya simbol tersebut merujuk kepada konsep- konsep silat terhadap aspek bermasyarakat dan bersosial. Dan lebih daripada itu beberapa pencak silat juga menawarkan konsep dakwah.
Empat Aspek Utama dalam Silat
Pencak Silat memiliki empat aspek utama yaitu: aspek mental spiritual, aspek seni, aspek beladiri, aspek olahraga. Aspek mental spiritual didasarkan membangun dan mengembangkan kepribadian dan akhlak mulia seseorang. Dari segi mental dan spiritual, silat lebih menitikberatkan pada pembentukan sikap dan kepribadian seorang pesilat sesuai falsafah akhlak mulia. Sisi spiritual spiritual meliputi sikap dan sifat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sisi artistik dari Pencak Silat adalah budayanya, dan permainan Pencak Silat merupakan aspek yang sangat penting. (Dagun, dkk, 2021)
Kedua adalah aspek seni dengan mengembangkan gerakan- gerakan atau jurus- jurus yang kaitanya dengan harmonisasi alam. Aspek seni adalah aspek yang dijunjung tinggi, karena hanya pencak silat lah yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Sementara aspek lainnya yakni bela diri dan olahraga, tentunya aspek kedua ini saling terkait satu sama lain. Dari segi bela diri menjunjung tinggi kepada penghargaan diri (self respect) untuk naluri bertahan hidup seorang pesilat, maka aspek olahraga mendukung untuk menjadikan jasmaniyah seseorang sehat.
Seni Bela Diri di Masa Nabi
Sebenarnya ilmu bela diri juga turut mewarnai pada masa Nabi SAW, salah satu kisah tantangan gulat yang paling terkenal datang dari Rukanah bin Yazid, seorang pegulat tangguh yang terkenal dengan kehebatan gulat tingkat dewa.
Kisah tantangan tersebut antara lain tercatat dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan at-Tirmidzi serta Imam al-Bukhari dalam kitabnya at-Tarikh al-Kabir. Rukanah kemudian bersujud sebagai pengakuan atas kekalahannya bergulat dengan Nabi dan kemudian masuk Islam. Selain itu nabi juga menyukai memanah, dan berkuda sebagai olahraga dan aktivitasnya.
Pendidikan Karakter dalam Budaya Pencak Silat di Indonesia
Unsur dakwah silat ditunjukkan dengan lambang trisula yang juga merupakan lambang Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI). Ujung trisulanya terdiri dari tiga buah tombak yang runcing, artinya silat meliputi tiga hal, yaitu seni, bela diri, dan olah raga. Gagang trisula merupakan gambaran mental yang dapat membentuk perilaku terpuji dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Kemudian ada lagi dari Metode dakwah yang digunakan dalam PORSIGAL adalah metode bil hikmah. Metode hikmahnya terlihat pada proses pengenalan Islam di PORSIGAL. Nilai-nilai Islam diperkenalkan secara tidak langsung, seperti melakukan thaharah (bersuci) yang merupakan syarat wajib sebelum mengikuti pendidikan. Gerakan silat yang dilakukan dianalogikan dengan gerakan berdoa. (Ulfa Luthfi, Pramayuani Tania, 2020)
Juga ada silat Pagar Nusa yang notabenenya adalah seni bela diri dari kalangan Nahdliyin. Kultur yang terbentuk adalah kultur santri. Dan tentunya memiliki pendidikan moral untuk membangun karakter moral seorang pesilat dan ikut bersama menjaga Ulama dan kyai. Pagar Nusa juga memiliki metode- metode pendidikan berbeda dengan pencak silat lainya. (Hidayatullah Syarief, Pujianto Eko, 2023)
Kemudian pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate Dakwah bi al-hal Pencak silat Persaudaraan Bilah Hati Setia dilaksanakan melalui inisiatif khusus yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan. Dakwah bi al-hal dalam persaudaraan pencak silat Setia Hati Terate Rayon Singapura ditunjukkan dengan ikut serta dalam kegiatan gotong royong membangun masjid, mengunjungi anggota persaudaraan Setia Hati Terate yang sedang mengalami musibah, dan berbagi kepada mereka. Dan masih banyak lainya dakwah dari aliran silat- silat di Indonesia yang masih menjunjung tinggi pendidikan karakter. (Apriansyah, 2022)
Menjungjung Nilai Luhur Silat
Sebagai bangsa yang berbeda- beda multikultural, seyogyanya kita tetap menjunjung tinggi persatuan diantara kita. Ajaran silat yang tersirat mengajarkan kita nilai- nilai yang luhur, oleh karena itu jangan kotori nilai- nilai tersebut dengan kepentingan kelompok, fanatisme buta, tindakan kriminal. Pencak Silat mengajarkan kita banyak hal aspek, perlunya kita menggali lebih dalam tidak hanya sebagai bela diri tapi juga dakwah untuk diri sendiri dan sesama. Sekian.
Daftar Pustaka
Ediyono, Teguh. (2019). Memahami Makna Seni dalam Pencak Silat, Panggung Vol. 29 No. 3, hlm. 300.
Sukowinadi. (1989). Sejarah Pertumbuhan Pencak Silat.Yogyakarta: Per. P.I Harimurti.
Dagun, dkk. (2021).“PENCAK SILAT SEBAGAI MEDIA DAKWAH
(Analisis Pada Perguruan Pencak Silat Susun Sirih Kecamatan Selakau)”, JURNAL ILMIAH AL-MUTTAQIN: Jurnal Kajian Dakwah dan Sosial Keagamaan Vol. 6, No. 1
Ulfa Luthfi, Pramayuani Tania. (2020). “Dakwah Dan Pencak Silat: Mengenalkan Islam Melalui Jalan Hikmah”, Al-Ilam; Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam p-ISSN 2598-8883 Vol. 4, No 1. Hlm. 40.
Hidayatullah Syarief, Pujianto Eko. (2023). “Pengembangan Media Dakwah melalui Pencak Silat Pagar Nusa di Desa Pabean”, KAMPUS AKADEMIK PUBLISING: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Manajemen Vol.1, No. 4.
Apriansyah. (2022).“DAKWAH MELALUI PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DI
RAYON SINGAPURA”, Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH, INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO.