Wazan Media
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu
No Result
View All Result
Wazan Media
No Result
View All Result

Filsafat Agama (Bag. 1): Argumen Ontologis Keberadaan Tuhan

Muhamad Risqil Azizi by Muhamad Risqil Azizi
5 June 2024
in Filsafat, Kemanusiaan
0
Filsafat Agama (Bag. 1): Argumen Ontologis Keberadaan Tuhan
0
SHARES
152
VIEWS

Salah satu persoalan filsafat yang abadi adalah tentang keberadaan Tuhan. Apakah Tuhan itu ada? Ini telah menarik perhatian beberapa pemikir terbesar di setiap tradisi filsafat. Pembahasan ini masuk dalam salah satu cabang filsafat, yaitu teologi (filsafat agama). Dalam bagian pertama ini, akan dipaparkan salah satu argumen tradisional yang mendukung keberadaan Tuhan, yaitu argumen ontologis.

Argumen pertama datang dari Plato (428-348 SM). Ia masyhur dengan teori idea. Menurutnya, segala yang ada di alam ini pasti memiliki idea, artinya konsep universal dari segala sesuatu. Kuda, betapapun perbedaan ukuran, warna, kondisi, kelamin, asal geografis dan lain-lainnya di alam nyata tetap disebut kuda karena di alam idea terdapat paham, gambaran, atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda di manapun ia berada. Manusia memiliki idea, yaitu hewan yang berpikir (hayawan natiq). Konsep ini berlaku universal untuk seluruh manusia, baik besar-kecil, tua-muda, lelaki-perempuan, di Asia, Eropa, Afrika, atau Timur Tengah.

Idea adalah hakikat dan dasar bagi segala sesuatu. Segala hal yang dapat ditangkap oleh indera di alam nyata sesungguhnya hanyalah bayangan atau salinan dari alam idea. Yang sebenarnya memiliki wujud adalah idea-idea, bukan benda-benda yang teramati berubah-ubah di alam nyata ini.

Idea-idea itu tidak bercerai berai dan tak ada hubungan satu sama lain, tetapi semuanya bersatu dalam idea tertinggi yang disebut Idea Kebaikan atau yang mutlak baik (The Absolute Good). Yang mutlak baik itu adalah sumber, tujuan, dan sebab dari segala yang ada, dan itu juga disebut dengan Tuhan.

St. Augustine (354-430 M) memiliki penjelasan lain. Ia memandang bahwa di alam ini ada kebenaran, tetapi akal manusia terkadang bimbang bahwa apa yang diketahuinya adalah kebenaran. Manusia lantas menyadari bahwa di atas kebenaran tersebut, ada suatu kebenaran tetap dan tak berubah-ubah. Kebenaran yang tetap itu menjadi sumber dan penuntun bagi akal manusia dalam mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itu bersifat mutlak dan itu disebut dengan Tuhan.

St. Anselm dari Canterbury (1033-1109 M) berpendapat bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu yang kebesarannya tak dapat dilebihi dan diatasi oleh segala yang ada, alias bersifat tidak terbatas. Sesuatu tersebut pasti memiliki wujud dalam hakikat. Sebab, kalau ia tak mempunyai wujud dalam hakikat dan hanya punya wujud dalam pikiran, sesuatu itu tentu tidak sempurna. Sesuatu yang memiliki wujud dalam hakikat itu lebih sempurna daripada sesuatu yang hanya ada di alam pikiran saja. ‘Sesuatu’ yang Mahabesar dan Mahasempurna itu adalah Tuhan. Oleh karena sesuatu yang terbesar dan tersempurna itu tak boleh tidak mesti mempunyai wujud, maka Tuhan pasti mempunyai wujud, alias Tuhan pasti ada.

Gagasan St. Anselm ini diteruskan oleh Rene Descartes (1598-1650 M). Menurutnya, manusia memiliki gagasan tentang wujud yang sempurna. Gagasan itu tidak mungkin muncul dari diri manusia sendiri karena manusia tidak sempurna. Oleh karena itu, menurut Descartes, gagasan mengenai wujud yang sempurna pasti berasal dari wujud sempurna (Tuhan) itu sendiri. Menyatu dengan gagasan tersebut adalah fakta bahwa wujud sempurna itu pasti ada. Sebab, wujud sempurna tidak akan sempurna jika ia tidak ada. Pun kita tidak akan memiliki gagasan tentang entitas sempurna jika tidak ada entitas sempurna. Karena manusia tidak sempurna, gagasan tentang kesempurnaan itu tidak mungkin berasal dari manusia.

Immanuel Kant (1724-1804 M) mengkritik argumen ini. Menurutnya, ditambahkannya sifat wujud kepada konsep bagi sesuatu tidak membawa hal baru bagi konsep itu. Tuhan secara konseptual adalah Zat yang Mahabesar dan kesempurnaannya tidak memestikan wujudnya. Konsep kesempurnaan tuhan tetap sempurna sekalipun tidak ada wujudnya. Manusia bisa saja membayangkan sebuah negara yang adil makmur sejahtera bak surga, tetapi hal tersebut tidak meniscayakan keberadaan negara itu. Seorang perempuan atau laki-laki bisa saja memikirkan pasangan ideal menurutnya, tetapi itu tidak meniscayakan mereka akan berpasangan dengannya.

ShareTweetSendShare
Previous Post

Kajian Kitab Jam’ al-Jawami’ (6): Hukum Perbuatan Sebelum Ada Nabi Utusan

Next Post

Filsafat Agama (Bag. 2): Argumen Teleologis untuk Membuktikan Wujud Tuhan

Muhamad Risqil Azizi

Muhamad Risqil Azizi

Pengecer ilmu. Kadang ngaji, kadang jualan.

Baca Juga

Apakah Fikih Kompatibel dengan Pluralitas Kebudayaan?
Filsafat

Liberalisasi Islam

17 April 2025
Hukum Saya dengan Hukuman Zina Sekalian!
Hikmah

Hukum Saya dengan Hukuman Zina Sekalian!

28 March 2025
Dekat di Layar, Jauh di Hati: Menjaga Komunikasi Keluarga di Era Smartphone
Kemanusiaan

Dekat di Layar, Jauh di Hati: Menjaga Komunikasi Keluarga di Era Smartphone

4 February 2025
Relasi Sains dan Fikih: Kebenaran yang Tak Kekal
Filsafat

Relasi Sains dan Fikih: Kebenaran yang Tak Kekal

29 January 2025
10 Tips Membentuk Keluarga Harmonis Religius Buat Gen-Z
Hikmah

10 Tips Membentuk Keluarga Harmonis Religius Buat Gen-Z

16 January 2025
Kisah Rumi: Cemeti Pangeran dan Hikmah Ilahi
Humor dan Sastra

Kisah Rumi: Cemeti Pangeran dan Hikmah Ilahi

9 January 2025
Fitur Like IG, Bentuk Hati Merah Yang Bikin Resah
Unek Unik

Fitur Like IG, Bentuk Hati Merah Yang Bikin Resah

8 January 2025
Bunga Bank dan Prinsip Ekonomi Syariah
Sosial Budaya

Bunga Bank dan Prinsip Ekonomi Syariah

5 January 2025
Next Post
Filsafat Agama (Bag. 2): Argumen Teleologis untuk Membuktikan Wujud Tuhan

Filsafat Agama (Bag. 2): Argumen Teleologis untuk Membuktikan Wujud Tuhan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

2 July 2024
Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

Wajah Pesimis Fikih Melihat Pengelolaan Tambang oleh PBNU

10 July 2024
Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

Sunat Perempuan Itu Tidak Melukai, Kata Kiai MUI!

11 August 2024
Dari Jihad Konstitusi Ke Ijtihad Penerimaan Konsesi

Dari Jihad Konstitusi Ke Ijtihad Penerimaan Konsesi

27 July 2024
Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

Allah Maha Penyayang, Mengapa Banyak yang Malang?

0
Problem Sakralisasi Kepemimpinan

Problem Sakralisasi Kepemimpinan

0
Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

Telat Qadla’ Puasa Ramadan Harus Bagaimana?

0
Private: Filsafat di Era Digital: Meretas Jalan Menuju Pemahaman yang Lebih Dalam

Dari Demokrasi Hingga Mengenal Diri Sendiri

0
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Ketiga Terkungkung Zona Futur

Menelisik Makna Shalat yang Bisa Mencegah Kemungkaran?

11 May 2025
Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

Humanitarian Islam (1): Argumen Normatif Islam Sebagai Agama Kemanusiaan

30 April 2025
Gus Ulil Ngaji Al-Iqtishad Fi Al-I’tiqad: Tentang Iman dan Pengetahuan

Gus Ulil Teologi Asy’ariyah (5): Klaim Tentang Tindakan Tuhan

22 April 2025
Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Aib Pertama Ilusi Keselamatan   

Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Keempat  Hilangnya Kenikmatan Ibadah

21 April 2025
ADVERTISEMENT

Populer Sepekan

  • Kitab ‘Uyūb al-Nafsi: Penyakit Hati Ketiga Terkungkung Zona Futur

    Menelisik Makna Shalat yang Bisa Mencegah Kemungkaran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuat dan Memakai Azimat, Apa Kata Fiqh?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gus Ulil: Metodologi Kalam Al-Ghazali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Islam dalam Konservasi Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Nalar Fikih Pertambangan Gus Ulil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing
Alamat Redaksi:

Perumahan D’Harmony View, Jl. Tapaksiring, Plinggan, Antirogo, Sumbersari, Jember, Jawa Timur, 68125.

Punya pertanyaan yang membutuhkan jawaban dalam perspektif keislaman atau ingin memberikan kritik dan saran? Silakan klik tombol di bawah ini 

KONSULTASI KEISLAMAN

© 2024. All Rights Reserved.

  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak Kami
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Keislaman
    • Akidah
    • Hikmah
    • Syariah
    • Khutbah
  • Kemanusiaan
    • Filsafat
    • Sosial Budaya
    • Sains
    • Humor dan Sastra
    • Unek Unik
  • Unduh Ilmu

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.